Ringkasan buku Jalan Raya Pos, Jalan Daendels karya Pramoedya Ananta Toer
Judul buku : Jalan Raya Pos, Jalan Daendels
Penulis :
Pramoedya Ananta Toer
Penerbit : Lentera Dipantara, April 2012 (cetakan 9)
Tebal buku : 148 halaman
Setelah saya membaca buku
berjudul Jalan Raya Pos, Jalan Daendels karya Pramoedya Ananta Toer yang berkisah
tentang sejarah pembuatan jalan sepanjang 1.000 kilometer yang membentang dari
Anyer sampai Panarukan dan dibangun oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda
Daendels. Berikut adalah ringkasan yang dapat saya kerjakan setelah membaca
buku ini. Daendels merupakan salah satu Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang
terkenal kejam. Ia menerapkan sistem kerja paksa saat pembangunan jalan
terpanjang dalam sejarah Hindia Belanda. Diperkirakan 12.000 (ini hanya angka
perkiraan yang dibuat pemerintah kolonial Inggris, bisa saja lebih) rakyat tak
berdosa tewas karena kerja paksa dan wabah malaria selama pembangunan jalan
ini.
Sejarah kekejaman
Daendels dalam memperlakukan para pribumi membuat ribuan nyawa melayang pada
setiap ruas jalan pantai utara (pantura) yang dibangunnya. Memang yang ia lakukan
merupakan “prestasi” tersendiri dan juga memiliki manfaat yang dapat kita
rasakan hingga kini. Namun, peran rakyat Indonesia saat itu sangat terlalu
mahal. Adapun kota-kota yang dilalui oleh pembangunan Jalan Raya Pos adalah
Blora-Rembang, Lasem, Anyer, Cilegon, Banten, Serang, Tangerang, Batavia,
Meester Cornelis/Jatinegara, Depok, Buitenzorg/Bogor, Priangan, Cianjur,
Cimahi, Bandung, Sumedang, Karangsembung, Cirebon, Losari, Brebes, Tegal,
Pekalongan, Batang, Waleri, Kendal, Semarang, Demak, Kudus, Pati, Juwana, Rembang,
Tuban, Gresik, Surabaya, Wonokromo, Sidoarjo, Porong, Bangil, Pasuruan,
Probolinggo, Kraksaan, Besuki, Panarukan.
Pram menulis buku ini
dengan runtut berdasarkan kota-kota yang dilewati oleh Jalan Daendels. Diawali
dari kota kelahiran penulis di Blora, kemudian kita dibawa menuju ke titik awal
di Anyer. Setibanya Daendels di sana, bagaimana perjalanan dan apa saja yang
dilakukannya. Ia ceritakan terus ke arah timur hingga berakhir di Panarukan.
Menurut Pram dalam buku ini terdapat beberapa kisah pembantaian yang dilakukan
Belanda kepada rakyat Hindia Belanda (sekarang Indonesia). Seperti kisah
pembantaian yang terjadi di pulau Banda pada tahun 1621 yang dilakukan oleh Jan
Pietersz Coen. Kemudian kisah tanam paksa yang dilakukan oleh Van Den Bosch
diberbagai perkebunan dan jalan kereta api. Dengan buku ini, Pram mencoba
menyampaikan sisi kelam dari pembantaian yang dilakukan Daendels dengan
pembangun jalan Raya Pos.
Penulis ingin memaparkan
fakta menarik ketika Jalan Pos melintasi Surabaya. Oleh Pram, diceritakan
tentang Kraton Surabaya sebelum dihancurkan oleh Kerajaan Mataram yang
terbelakang. Kejayaan Surabaya yang digambarkan menjadi sumber peradaban di
Kraton Jawa Tengah. Kota ini pada mulanya sangat maju karena pelabuhannya
menjadi salah satu lalu lintas perdagangan internasional. Kemajuan tersebut
bukan hanya ekonomi, tetapi juga budaya yang hingga kini meluas ke kota-kota
lain, pada mulanya masuk melalui kota ini. Ironisnya, kota ini dihancurkan oleh
raja pedalaman, sungai yang melintasi kota ini diracun sehingga penduduknya
menurun drastis, dan kemajuannya meredup.
“Ini
adalah ironi sejarah Nusantara: Di ujung utara dunia Belanda mendirikan VOC
pada 1602, yang membuat Belanda mampu membangun imperium dunia, di Nusantara
pada 1625 negara kota termaju di Nusantara dihancurkan oleh raja pedalaman yang
terbelakang.” (Halaman, 110).
Selain itu, Pram juga
mengkritik dan menyakan pemerintahan orde baru dengan gaya pemerintahan yang
dilakukan oleh Daendels. Ia mengungkapkan, orde baru dibangun di atlas pelangaran
HAM berat.
“Orde
baru dibangun di atas luka genosida yang menelan ratusan, sejuta, atau bahkan
setengah juta korban.” (Halaman, 6).
Komentar
Posting Komentar