Kaidah Penulisan Arab Melayu

Penulisan huruf Arab Melayu dapat di rumuskan menjadi beberapa kaidah, yaitu :
Kaidah ke-1 : setiap suku kata yang diawali dan diakhiri dengan konsonan, cukup dituliskan konsonannya (tidak diberi saksi). Contoh :
Tem-pat : ﺗﻤﻓﺖ
Ham-pir : ﻫﻣﻓﺮ
Pin-tar : ﻓﻧﺗﺮ
Tang-kas : ﺗﻌﮑﺲ
Cer-mat : ﭽﺮﻤﺖ
Kaidah ke-2 :
a) Suku kedua dari berbagai hidup berbunyi “a”, mendapat saksi alif (), tetapi suku pertama dari belakang hidup berbunyi “a” tidak mendapat saksi.
Contoh :
ba-dan : ﺑﺎ ﺪ ﻥ
ka-lam : ﮐﺎ ﻠﻢ
ra-ja : ﺮﺍﺝ
den-da : ﺪ ﻧﺪ
la-ba : ﻻ ﺐ
b) Suku kedua dari belakang hidup berbunyi “e” dan suku pertama dari belakang berbunyi “a”, maka suku kesatu dari belakang mendapat alif saksi. Contoh :
ke-ra : ﮐﺮﺍ
re-da : ﺭﺪﺍ
pe-ta : ﻓﺗﺎ
je-da : ﺠﺪﺍ
le-ga : ﻠﮑﺎ
Kaidah ke-3 : bila suku pertama dan kedua terdiri dari vokal i, o, dan ai, maka huruf atau konsonan Arab itu diberi saksi “yak” (). Contoh :
ki-ri : ﮐﻴﺭﻱ
mi-ni : ﻤﻴﻧﻲ
se-ri : ﺴﻴﺭﻱ
ni-lai : ﻧﻴﻟﻲ
li-hai : ﻠﻴﻬﻲ
Kaidah ke-4 : bila suku pertama dan atau kedua hidup berbunyi “o”, “u”, dan “au” ditulis dengan wau ( ) saksi.
Contoh :
ro-da : ﺭﻮﺪ
lu-bang : ﻠﻮﺒﻊ
pu-lau : ﻓﻮﻟﻮ
ki-cau : ﮐﻴﭽﻮ
su-rau : ﺴﻮﺭﻮ
Kaidah ke-5 : bila suku terakhir berbunyi “wa”, ditulis dengan huruf wau ( ) dan alif ().
Contoh :
de-wa : ﺪ ﻴﻮﺍ
bah-wa : ﺒﻬﻮﺍ
ke-ce-wa : ﮐﭽﻴﻮﺍ
ji-wa : ﺟﻴﻮﺍ
Si-wa : ﺴﻴﻮﺍ
Kaidah ke-6 : bila huruf awal pada suku kata pertama terdiri dari vokal, maka :
a) Kalau vokal itu terus diikuti dengan konsonan, maka dituliskan alif saja.
Contoh :
an-tar : ﺍﻧﺗﺭ
in-tan : ﺍﻧﺗﻦ
un-tung : ﺍﻧﺗﻊ
un-ta : ﺍﻧﺖ
en-teng : ﺍﻧﺗﻊ
b) Kalau suku kata pertama itu berbunyi “a” saja ditulis dengan alif. Contoh :
a- bang : ﺍﺒﻊ
a-man : ﺍﻤﻦ
a. Kalau suku kata pertama berbunyi ”i” atau “e” ditulis dengan huruf alif dan yak.
Contoh :
i-par : ﺍﻴﻓﺭ
e-dar : ﺍﻴﺪ ﺭ
(ni-lai) : ﻧﻴﻟﻲ
b. Kalau suku kata pertama berbunyi “o” dan “u” ditulis dengan alif dan wau.
u-bah : ﺍﻮﺒﻪ
o-bat : ﺍﻮﺒﺖ
Kaidah ke-7 : bila suku kata satu dengan yang lain berbentuk “a-i” dan tanda hamzah di atas wau sesudah alif saksi untuk bentuk “a-u”.
Contoh :
ka-il : ﮐﺎﻳﻞ
sa-ing : ﺳﺎﻳﻊ
sa-uh : ﺳﺎﺆﻩ
ma-u : ﻣﺎﺆ
Kaidah ke-8 : bila suku kata satu dengan yang lain berbentuk “i-a”, maka penulisannya dengan cara menghubungkan huruf yak dengan huruf sesudahnya (atau boleh dengan memberikan tanda alif gantung di atas yak).
Contoh :
di-an : ﺪ ﻳﻦ atau ﺪ ﻳﻦ
ki-an : ﮐﻳﻦ atau ﮐﻳﻦ
Kaidah ke-9 : bentuk “u-a” harus dinyatakan dengan huruf alif sesudah huruf wau.
Contoh :
bu-at : ﺒﻮﺍﺕ
tu-an : ﺗﻮﺍﻦ
Kaidah ke-10 : bentuk “i-u” dinyatakan dengan memberikan huruf wau sesudah yak,.
Contoh :
li-ur : ﻠﻳﻮﺮ
be-li-ung : ﺒﻠﻳﻮﻉ
nyi-ur : ﭘﻳﻮﺮ
Kaidah ke-11 : bentuk “u-i” dinyatakan dengan huruf wau dan yak.
Contoh :
ku-il : ﮐﻮ ﻳﻞ
bu-ih : ﺒﻮ ﻳﻪ
pu-ing : ﻓﻮ ﻳﻊ
Bentuk “o-i” juga dapat memakai cara tersebut, misal :
bo-ing : ﺒﻮ ﻳﻊ
Kaidah ke-12 : Awalan me, ber, per, pe, ter, di, se, ke, ku, dan kau tidak menimbulkan perubahan ejaan, penulisannya dengan merangkaikan saja. Untuk awalan se, ke, dank u, bila dirangkaikan dengan sesuatu kata yang diawali oleh vokal penulisannya dengan cara menambahkan atau menggantikan alif dengan hamzah.
Contoh :
mengambil : ﻤﻌﻣﺒﻞ
berbunyi : ﺒﺮ ﺒﻮ ﭘﻲ
perkasa : ﻓﺮ ﮐﺎ ﺲ
pedagang : ﻓﺪﺍ ﮐﻊ
terlepas : ﺗﺮﻠﻔﺲ
didera : ﺪ ﺪ ﺮﺍ
se-asam : ﺳﺄ ﺳﻢ ﺳ — ﺍ ﺳﻢ
se-iring : ﺳﻳﺮﻉ ﺳ — ﺍﻳﺮﻉ
ke-ujung : ﮐﺆﺠﻊ ﮐ — ﺍﻮﺠﻊ
ku-ambil : ﮐﺄﻤﺑﻞ ﮐ — ﺍﻤﺑﻞ
kau-ambil : ﮐﻮﺃﻤﺑﻞ ﮐﻮ — ﺍﻤﺑﻞ
Kaidah ke-13 : partikel lah, kah, tah dan pun penulisannya tidak mengubah ejaan (tinggal merangkaikan).
Contoh :
baca-lah : ﺑﺎ ﭽﻠﻪ
makan-kah : ﻣﮑﻧﮑﻪ
apa-tah : ﺍﻓﺗﻪ
bunyi-pun : ﺑﻮﭘﻴﻓﻮﻥ
Penulisannya “pun” tidak mengikuti kaidah ke-1 yaitu (ﻓﻥ ) melainkan dengan ditambahkan wau saksi (ﻓﻮﻥ ), penulisan partikel ini mengalami perkecualian.
Kaidah ke-14 : tentang bentuk (klitik) kan, ku, mu, dan nya.
1) Bila suku kata terakhir diawali dan diakhiri oleh konsonan, maka penulisannya tidak mengalami perubahan ejaan.
Contoh :
ta-nam : ﺗﺎ ﻧﻢ tanamkan : ﺗﺎﻧﻣﮑﻥ
ram-but : ﺮﻤﺑﺖ rambutmu :ﺮﻤﺑﺗﻤﻮ
2) Suku kata terakhir berbunyi “ai” dan “au” tidak mengalami perubahan ejaan.
Contoh :
tu-pai : ﺗﻮﻓﻲ tupaiku : ﺗﻮﻓﻴﮑﻮ
ker-bau: ﮐﺮﺑﻮ kerbaunya :ﮐﺮﺑﻮﺙ
3) Suku terakhir terdapat sebuah vokal, perangkaian dengan akhiran itu mengubah ejaan.
Contoh :
bu-ku : ﺑﻮﮐﻮ bukumu : ﺑﮐﻮﻤﻮ
ha-ti : ﻫﺎﺗﻲ hatinya :ﻫﺗﻴﺙ
Kata yang sudah berakhiran an, i, dan kan tidak mengalami perubahan ejaan jika dirangkaikan dengan imbuhan yan lain.
Contoh :
pergaulan-nya : ﻓﺮﮐﺎﺅﻟﻧﺙ
menjalani-nya : ﻤﻧﺠﻼ ﻧﻴﺙ
perkataan-mu : ﻓﺮﮐﺗﺄ ﻧﻤﻮ
Kaidah ke-15 : perihal akhiran an dan i.
1) Kata yang huruf terakhirnya konsonan berubah ejaan.
Contoh :
ta-nam — ta-na-(mi) : ﺗﺎﻧﻡ ﺗﺎﻧﻣﻲ
sa-yur — sa-yu-(ran) : ﺳﺎﻴﺭ ﺳﻴﻮﺭﻥ
ta-nam — ta-na-(man) : ﺗﺎﻧﻡ ﺗﻧﺎﻣﻥ
2) Kata yang huruf terakhirnya terdiri dari perubahan ejaan, dan penulisannya disertai dengan huruf hamzah.
Contoh :
su-ka : ﺳﻮﮎ kesuka-an : ﮐﺳﮑﺄﻥ
lu-pa : ﻟﻮﻒ kelupa-an : ﮐﻠﻔﺄﻥ
3) a. Kata yang huruf terakhirnya terdiri dari vokal “u” mengalami perubahan ejaan dan penulisannya disertai dengan penambahan huruf alif.
Contoh :
ra-mu : ﺭﺍﻣﻮ — ramu-an : ﺭﻣﻮﺍﻥ
b. Akhiran i merubah ejaan bila disambung dengan vokal “u”, penulisannya dirangkaikan saja.
Contoh :
ra-mu : ﺭﺍﻣﻮ — ramu-i : ﺭﻣﻮﻱ
4) Vokal “i” bersambung dengan akhiran an mengubah ejaan, penulisannya dengan cara merangkaikan saja atau dengan menambah alif gantung.
Contoh :
duri : ﺪﻮﺭﻱ — durian : ﺪ ﺭﻴﻥ
gali : ﮐﺎﻠﻲ — galian : ﮐﻠﻴﻥ
5) Akhiran an dan i mengubah ejaan bila disambung dengan diftong ai dan au, tetapi penulisannya ke dalam huruf Melayu a dan i, a dan u dipisahkan menjadi suku baru.
Contoh :
Pakai : ﻔﺎﮐﻲ — pakaian : ﻓﮑﺎﻴﻥ
Lampau : ﻠﻣﻔﻮ —kelampauan :ﮐﻠﻣﻔﺎﻮﻥ
(ke-lam-pa-uan) lampaui : ﻠﻣﻔﺎﻮﻱ (lam-pa-ui)
6) Akhiran an dan i tidak mengubah ejaan bila suku kata satu dengan yang lain vokal : a/u atau a/i atau yang memakai hamzah.
Contoh :
Laut : ﻻﺆﺖ lautan : ﻻﺆﺘﻥ
Kail : ﮐﺎﻴﻞ kaili : ﮐﺎﻴﻠﻲ
Catatan :
Huruf p kadang-kadang ditulis ( ) atau (  )
Huruf g kadang-kadang ditulis (  ) atau (  )
Bunyi ny kadang-kadang ditulis ( ) atau ( )
“Perhatikan penjelasan pada waktu perkuliahan.”
RANGKUMAN
1. Setiap suku kata yang diawali dan diakhiri oleh konsonan, cukup dituliskan konsonannya (tidak diberi saksi).
2. Suku kata kedua dari belakang hidup berbunyi “a”, mendapat saksi alif ( ), tetapi suku kata pertama dari belakang hidup berbunyi “a” tidak mendapat saksi.
3. Suku kedua dari belakang hidup berbunyi “e” dan suku pertama dari belakang berbunyi “a”, maka suku kesatu dari belakang mendapat alif saksi.
4. Bila suku pertama dan kedua terdiri dari vokal i, e dan ai, maka huruf atau konsonan Arab itu diberi saksi “yak” ( ).
5. Bila suku pertama dan atau kedua hidup berbunyi “o”, “u” dan “au” ditulis dengan “wau” ( ) saksi.
6. Bila suku terakhir berbunyi “wa”, ditulis dengan huruf wau ( ) dan alif ( ).
7. Suku kata pertama terdiri dari vokal “a” ditulis dengan alif.
8. Suku kata pertama terdiri dari vokal “i” dan “e” ditulis dengan alif dan yak.
9. Suku kata pertama terdiri dari vokal “u” dan “o” ditulis dengan alif dan wau.
10. Bila suku kata satu dengan yang lain berbentuk “a-i” atau “a-u”, maka untuk “a-i” ditulis dengan alif dan hamzah di atas yak; bentuk “au” ditulis dengan alif dan hamzah di atas wau.
11. Suku kata satu dengan yang lain berbentuk “i-a” maka penulisannya dengan cara menggabungkan yak dengan konsonan berikutnya atau diperjelas dengan alif gantung di atas yak.
12. Bentuk “u-a” dituliskan dengan huruf wau dan alif, dan bentuk “i-u” dituliskan dengan huruf yak dan wau.
13. Bentuk “u-i” dan “o-i” dituliskan dengan wau dan yak.
14. Awalan me, ber, per, pe, ter, di, se, ke, ku, dan kau tidak menimbulkan perubahan ejaan, sedangkan untuk awalan se, ke, dan ku bila dirangkaikan dengan sesuatu kata yang diawali oleh vokal penulisannya dengan cara menambahkan atau menggantikan alif dengan hamzah.
15. Partikel lah, kah, tah, dan pun penulisannya tidak mengubah ejaan.

16. Penulisan akhiran kan, ku, mu, dan nya tidak mengalami perubahan ejaan bila : diawali dan diakhiri dengan konsonan ; suku kata terakhir berbunyi ai dan au ; suku kedua dari belakang terdiri dari vokal ; dan kata dasar yang sudah berakhiran an dan i.

Komentar

  1. Kaidahnya terlalu banyak. Mungkin ke depan perlu kesepakatan untuk penyederhanaan kaidah ini agar konsisten dan mudah dipahami banyak orang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf, namun kaidah tersebut jika semakin disederhanakan akan menimbulkan kerancuan ketika dibaca, maka dari itu diperlukan kaidah penulisan sebanyak itu. Perlu diingat bahwa Arab Melayu tidak menggunakan harokat dalam pengucapan vokal.

      Hapus
  2. maaf, namun Anda menuliskan arabnya tidak sesuai walaupun sesuai dengan kaidah karena patokan Anda aksara Arab, bukan aksara Arab Melayu. Tolong diperbaiki untuk penulisan (p) serta penulisan (ng) karena itu salah kaprah.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Biografi, Karya, dan Pemikiran Abdul Rauf Al-Singkili

Ringkasan novel Edensor