Prolog: Al Ustadz K.H. Abdullah Thufail Saputro, Guru Tegas Pendiri MTA
Ditulis oleh: Abdul Wahid
Dikenal sebagai kabupaten yang memiliki puluhan gua dan pantai karang nan indah, menjadikan Pacitan sebagai kota destinasi wisata alam yang ramai dikujungi oleh turis lokal maupun mancanegara. Pacitan merupakan kabupaten yang berlokasi di pesisir selatan pulau Jawa dan secara administratif berada ujung barat daya Provinsi Jawa Timur.
Dikenal sebagai kabupaten yang memiliki puluhan gua dan pantai karang nan indah, menjadikan Pacitan sebagai kota destinasi wisata alam yang ramai dikujungi oleh turis lokal maupun mancanegara. Pacitan merupakan kabupaten yang berlokasi di pesisir selatan pulau Jawa dan secara administratif berada ujung barat daya Provinsi Jawa Timur.
Dari kota seribu gua
inilah, tersembunyi jutaan kisah tentang masa kecil tokoh-tokoh yang berperan
dalam perjalanan bangsa Indonesia dewasa ini. Salah satunya adalah kisah dari
pendiri lembaga dakwah Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA) yang berpusat di
Kota Solo, Jawa Tengah. Ia adalah Abdullah Thufail Saputro yang mendirikan MTA
pada 19 September 1972. Di kalangan warga MTA, Abdullah Thufail Saputro
mendapat gelar Al Ustadz Kyai Haji (K.H.) dan telah menjadi pendiri sekaligus ketua
umum MTA selama dua puluh tahun.
Al Ustadz K.H. Abdullah
Thufail Saputro lahir di Pacitan pada 19 September 1927 dengan nama asli
Abdullah tanpa ada tambahan Thufail Saputro di belakangnya. Ia merupakan anak kedua
dari pasangan suami istri Thufail Muhammad dan Fatma. Abahnya merupakan orang asli
Pakistan yang merantau ke Pacitan untuk berdagang dan belajar ilmu agama Islam.
Sedangkan Uminya merupakan seorang perempuan asli Pacitan yang sempat menimba
ilmu agama bersama dengan Thufail Muhammad saat di pondok Pesantren Tremas,
Pacitan.
“Setelah (belajar dan berdagang) terus ketemu mama (Fatma) saya. Terus menikah. Terus
punya anak saya, Abdullah, terus (punya anak) lagi meninggal, terus (anak) keempat dibawa
meninggal (bersama mamanya),” tutur kakak kandung Al Ustadz K.H. Abdullah Thufail Saputro, Siti
Khadijah, yang selalu mendukung kegiatan dakwah Islam yang dilakukan oleh
beliau.
Al Ustadz K.H. Abdullah
Thufail Saputro merupakan seorang penceramah yang berprofesi sebagai pedagang batu
permata. Karena profesinya inilah ia mendapat kesempatan untuk berkeliling
hampir di seluruh Indonesia dan melihat langsung kondisi umat Islam. Dari hasil
pengamatannya ini ia menyimpulkan bahwa umat Islam di Indonesia belum
mengamalkan Al Qur’an secara tepat. Maka, dibentuklah MTA sebagai sarana untuk
mengajak umat Islam kembali melaksanakan ajaran Islam yang bersumber dari Al
Qur’an dan As Sunnah.
"Setelah
berkeliling di Indonesia, mempunyai suatu gagasan untuk mengembalikan Islam
yang sebenarnya, kembali kepada Al Quran dan Sunnah," ungkap Suhadi yang
saat ini menjabat sebagai Ketua 1 (satu) MTA Pusat Solo.
Salah seorang siswa
pengajian Tafsir Al Qur’an dari gelombang satu di MTA Pusat, Fathurahman,
menuturkan bahwa Al Ustadz K.H. Abdullah Thufail Saputro adalah pribadi yang
tegas dalam mensyiarkan Islam. Setiap tausyiahnya, Al Ustadz K.H. Abdullah
Thufail Saputro menyampaikan ajaran Islam secara apa adanya. Selain itu, Al
Ustadz K.H. Abdullah Thufail Saputro dalam membina pengajian di MTA tidak
segan-segan membubarkan pengajian bila peserta pengajiannya banyak yang tidak
masuk.
“Misalnya lagi ada
gelombang yang pesertanya banyak yang tidak masuk lalu di skors. Beliau tidak
mau mengajar di gelombang itu. Dalam keadaan yang demikian ini, beliau Ustadz
Ahmad Sukina yang mampu bernego dengan Ustadz Abdullah untuk mengajar lagi,”
jelas Fathurahman yang pada saat itu menjadi juru ketik brosur (selebaran yang
berisi materi pengajian) yang dikeluarkan MTA setiap hari Ahad sejak era
kepemimpinan Al Ustadz K.H. Abdullah Thufail Saputro.
Sedangkan menurut tetangganya, Habib Nuh Al Hadab, menjelaskan bahwa Al Ustadz
K.H. Abdullah Thufail Saputro merupakan seorang muslim yang sikap tegas dan
berwibawa dalam bersikap. Habib Nuh juga mengagumi sosok Al Ustadz K.H. Abdullah
Thufail Saputro yang tetap menghormati dan berbakti kepada ayahnya meski mereka
berdua memiliki pemahaman agama Islam yang berbeda.
"Saya kagum kepada hormatnya dia sama bapaknya. Kalau Bapaknya perlu
duit. Entah dari mana saja uangnya. Diusahakan dikasihkan. Itu kagum,"
ungkap Habib Nuh saat penulis temui dikediaman pribadinya yang berada di
Semanggi, Pasarkliwon, Solo.
Sepeninggal Al Ustadz K.H.
Abdullah Thufail Saputro pada 15 September 1992, kepemimpinan di MTA beralih
kepada Ustadz Drs. Ahmad Sukina. Ia merupakan siswa pengajian Tafsir Al Qur’an
di MTA yang bergabung sejak tahun 1974. Selain itu, Ustadz Drs. Ahmad Sukina senantiasa
menemani Al Ustadz K.H. Abdullah Thufail Saputro dalam mensyiarkan agama Islam.
Hingga suatu ketika Ustadz Drs. Ahmad Sukina diberi kesempatan untuk memberikan
tausyiah di pengajian Ahad Pagi MTA saat Al Ustadz K.H. Abdullah Thufail
Saputro melaksanakan ibadah haji.
“Bahkan Ustadz Drs. H.
Ahmad Sukina pernah mendapat tugas untuk menyampaikan dekte pelajaran, ketika
Al Ustadz (Abdullah Thufail Saputro) berada di tempat,” tulis redaksi majalah
Respon yang dimuat di rubrik Laporan Utama berjudul “Mengenang 20 Tahun
Perjuangan Al Ustadz” pada majalah Respon edisi September 1992.
Berkat ketegasan yang
ditanamkan oleh Al Ustadz K.H. Abdullah Thufail Saputro sejak awal pendirian
MTA, saat ini MTA telah memiliki ratusan cabang dan perwakilan yang tersebar
dari Aceh hingga Papua. Di usianya yang menginjak tahun ke-44 pada tahun 2016, kini MTA telah menjelma
menjadi lembaga dakwah Islam yang mampu tampil di tingkat nasional. Terbukti
dengan terselenggaranya kegiatan Shilaturahim Nasional (Silatnas) MTA kedua di
Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) yang dihadiri oleh puluhan ribu warga
MTA pada Ahad, 27 Desember 2015.
“MTA nggak akan hidup
sampai sekarang mungkin, kalau beliau (Al Ustadz K.H. Abdullah Thufail Saputro)
itu tidak keras. Memang beliau itu terkenal keras,” kata ajudan pribadi Al
Ustadz K.H. Abdullah Thufail Saputro, Bariyanto, yang telah membersamai pendiri
MTA ini selama tiga belas tahun hingga beliau wafat.
*****
assalamu'alaikum ,
BalasHapusmaaf boleh minta kontaknya?
sya ingin wawancara terkait pendiri MTA ini untuk menyelesaikan tugas dari dosen..
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapusassalamu'alaikum ,
BalasHapusmaaf boleh minta kontaknya?
sya ingin wawancara terkait pendiri MTA ini untuk menyelesaikan tugas dari dosen..
Bisa langsung WA saya mbak,
BalasHapus083866050234
Terima kasih Medsos MTA, banyak Ilmu agama, bisa membedakan benar dan salah, Baik dengan buruk.
BalasHapusMTA tidak menafsir Al-Qur'an, tapi belajar tafsir Al-Quran Yang sudah ada.
Mta tempat belajat ilmu agama
BalasHapusNama putra putri ustadz Abdullah thufail siapa saja ya dan berapa jumlahnya
BalasHapusapakah benar, istri pendiri MTA dari keluarga besar pondok tremas pacitan ?
BalasHapusMf bisa di upload gk biografi ustdz abdullah thufail saputra.wkt msh kecilnya belau mnghbsjn wkt anak anaknya di mna? Sekolah SD dimana pernah mondok dimna brp tahun dlsb.kok tiba tiba mendirikan MTA basic akademisi nya apa?
BalasHapus