Wisata Sejarah Naik Kereta Uap dari Stasiun Ambarawa

AMBARAWA, muslimdaily.co- Ambarawa merupakan sebuah kota kecil yang bersejarah bagi berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pada 12-15 Desember 1945 di Ambarawa terjadi perang besar antara tentara Indonesia yang dipimpin oleh Kolonel Soedirman melawan tentara sekutu. Perang tersebut kemudian dimenangkan oleh tentara Indonesia pada 15 Desember 1945 yang kemudian diperingati sebagai hari Infanteri. Ambarawa sendiri sejak zaman penjajahan Belanda merupakan daerah militer, sehingga Raja Willem I pada 21 Mei 1873 membangun Stasiun Kereta Api di atas tanah 127.500/m² dengan tujuan untuk mempermudah mengangkut pasukannya ke Semarang. Kemudian, oleh penjajah Belanda stasiun Kereta Api ini diberi nama Willem I.

Mulai tahun 1976 Stasiun Kereta Api Willem I atau yang lebih dikenal oleh rakyat Indonesia sebagai Stasiun Kereta Api Ambarawa dihentikan penggunaannya sebagai stasiun kereta api dan dialih fungsikan sebagai Museum Kereta Api Ambarawa. Hal ini berdasar keputusan  Gubernur Jawa Tengah Supardjo Rustam bersama Kepala PJKA Eksploitasi Soeharso pada 8 April 1976 dengan mengumpulkan 21 buah lokomotif yang pernah andil dalam pertempuran memperjuangkan kemerdekaan Indonesia khususnya lokomotif yang mengangkut tentara Indonesia.
Museum Kereta Api Ambarawa terletak di Jalan Stasiun No. 1 Desa Ambarawa, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Akses jalan menuju museum ini cukup mudah karena memang letaknya cukup strategis yakni berada di tengah kota Ambarawa atau di depan monumen Palagan Ambarawa. Cukup dengan membayar tiket masuk senilai Rp. 10.000 kita dapat menjelajah museum dan melihat dengan dekat seperti apa itu kereta atau lokomotif yang pernah berjaya di masa lalu. Selain pameran puluhan lokomotif dan kereta, di museum ini juga di pamerkan koleksi lain yaitu foto-foto kereta dan stasiun di masa lalu, mesin pencetak tiket, telepon antik, peralatan telegraf Morse, bel antik, dan beberapa perabotan antik khas perkeretaapian. Di area museum terdapat parkiran yang cukup luas dan kamar kecil/kamar mandi yang cukup representatif. Bagi kaum Muslimin tak perlu risau bila ingin melaksanakan sholat karena di area museum Kereta Api Ambarawa terdapat mushola yang siap digunakan untuk mendirikan ibadah sholat.
Museum Kereta Api Ambarawa juga menyediakan fasilitas kereta wisata dengan dua jalur yakni jalur Ambarawa-Bedono pergi pulang (pp) dan jalur Ambarawa-Tuntang pp. Kereta wisata tujuan Ambarawa-Bedono pp atau lebih dikenal sebagai Ambarawa Railway Mountain Tour beroperasi dari Museum Kereta Api Ambarawa menuju Stasiun Bedono yang jaraknya 35km dan ditempuh selama 1 jam perjalanan. Udara sejuk dan panorama keindahan alam seperti hamparan lembah yang menghijau diantara Gunung Ungaran dan Gunung Merbabu dapat disaksikan dengan kasat mata disepanjang perjalanan. Jalur kereta ini melewati rel bergerigi yang hanya ada di sini dan di Sawahlunto, Padang, Sumatera Barat. Sedangkan untuk kereta wisata jalur Ambarawa-Tuntang penumpang juga akan menjumpai pemandangan alam yang tak kalah bagusnya dengan kereta wisata jalur Ambarawa-Bedono. Kereta ini berangkat dari Museum Kereta Api Ambarawa menuju Stasiun Tuntang yang berada sekitar 12km dari museum. Di sepanjang jalan, penumpang dapat melihat pemandangan alam yang menawan berupa sawah dan ladang dengan latar belakang Gunung Ungaran, Gunung Merbabu, dan Rawa Pening. Letak stasiun Tuntang berada persis di pinggir obyek wisata Rawa Pening, Ambarawa. Ada dua jenis lokomotif yang digunakan untuk menarik kereta wisata ini, yakni lokomotif diesel dan lokomotif uap. Harga tiket kereta wisata bermesin diesel di jalur Ambarawa-Bendono pp adalah Rp. 100.000 per orang dan kereta wisata bermesin uap dengan sistem menyewa kereta seharga Rp. 15.000.000 untuk dua gerbong. Sedangkan untuk harga tiket kereta wisata bermesin diesel jalur Ambarawa-Tuntang pp seharga Rp. 50.000 per orang dan biaya sewa kereta wisata bermesin uap seharga Rp. 10.000.000 untuk satu gerbong dan Rp. 12.500.000 untuk dua gerbong.

[Abdul Wahid]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kaidah Penulisan Arab Melayu

Ringkasan novel Edensor

Biografi, Karya, dan Pemikiran Abdul Rauf Al-Singkili