Pimpinan Pusat MTA: Tegakkan Hukum Tanpa Pandang Agama
SOLO,- Di tengah panasnya terik
matahari Kota Solo siang itu, ribuan kaum muslimin berkumpul untuk mengikuti
aksi solidaritas peduli kaum muslimin di Tolikara, Papua yang sedang mengalami
penindasan dari orang Kafir. Sebelum mendengarkan orasi dari tokoh-tokoh umat
Islam yang ada di Kota Solo, mereka mengikuti long march dari depan Masjid Kotta Barat menuju Bundaran Gladak
pada Jumat (24/07) siang. Acara long
march dan orasi dari tokoh-tokoh umat Islam yang ada di Kota Solo bertajuk
Apel Siaga Umat Islam Kota Surakarta ini di ikuti oleh seluruh elemen umat
Islam Solo Raya. Tokoh-tokoh umat Islam Kota Solo yang sempat berorasi antara
lain, ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Solo, Prof. Zainal Arifin Adnan,
Pimpinan Pusat Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA), Al Usatdz Drs. Ahmad Sukina,
Pimpinan pondok Pesantren Takmirul Islam, Kh. Abdul Halim, Pimpinan Pondok
pesantrean Al Mukmin Ngruki, Ustadz Wahyudin dan Ketua Dewan Syariah Kota
Surakarta (DSKS), Dr. Muinudinillah. Mereka semua sepakat mengutuk tindakan
orang kafir yang telah melakukan pelarangan memakai Jilbab, pelarangan
melaksanakan sholat Idul Fitri, dan melakukan pembakaran masjid di Tolikara,
Papua.
Pimpinan
pusat MTA, Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina, saat berorasi mengungkapkan, orang
Yahudi maupun orang Nasrani tidak pernah merasa puas bila orang Islam belum
mengikuti agama mereka. Oleh karena itu, mereka selalu memusuhi umat Islam agar
umat Islam jauh dari tuntunan Al Qur’an dan as Sunnah. Ia juga berpesan kepada
pihak kepolisian untuk mengusut tuntas kasus pembakaran masjid yang terjadi di
Tolikara, Papua.
“Tegakkan
hukum tanpa pandang agama,” tegasnya dihadapan ribuan umat Islam.
Disisi
lain, Pimpinan pondok Pesantren Takmirul Islam, KH. Abdul Halim, dalam orasinya
mengajak umat Islam untuk mengajak manusia kepada kebaikan dimana berada. Oleh
karena itu, ia menekankan tentang pentingnya persatuan bagi umat Islam. Ia juga
mengajak seluruh kaum muslimin setelah tragedi di Tolikara, Papua untuk bersatu
dan menegakkan dakwah Islam di Papua.
“Tegakkan
dakwah dimana saja,” teriaknya disambut pekikan takbir oleh kaum muslimin.
Sementara
itu, Ketua DSKS, Dr. Muinudinillah, mewakili seluruh elemen umat Islam Solo
Raya membacakan 15 poin pernyataan sikap umat Islam Solo Raya terhadap tragedi
penindasan kaum muslimin di Tolikara, Papua. Pernyataan sikap pertama yang ia
bacakan adalah mengecam tindakan anarkis yang dilakukan oleh orang kafir di
Tolikara, Papua. Pernyataan yang kedua adalah mengutuk para pelaku yang tidak
menghargai kebebasan beragama di Indonesia. Ketiga, mendesak pemerintah dan
aparat keamanan untuk menangkap pelaku.
“Keempat,
mendesak pemerintah dan aparat keamanan untuk menangkap 150 orang perusuh,”
teriaknya.
Sebelumnya,
Dr. Muinudinillah juga mempertanyaan sikap orang-orang kafir yang dianggapnya
tidak bisa menerapkan toleransi antar umat beragama seperti yang telah
dilakukan oleh umat Islam selama ini.
“Umat
Islam tak perlu diajari toleransi,” ungkapnya.
Aksi
damai peduli di Tolikara, Papua yang bertajuk Apel Siaga Umat Islam Solo
Raya digagas oleh Dewan Syariah Kota
Surakarta (DSKS) beserta Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Solo pada, Jumat
(24/07) siang seusai ibadah sholat Jumat. Apel Siaga Umat Islam Solo Raya merupakan
wujud solidaritas umat Islam di Solo Raya untuk kaum muslimin di Kabupaten
Tolikara, Provinsi Papua yang tengah mengalami tindakan brutal dari orang Kafir
berupa pelarangan berjilbab, pelarangan sholat ‘Iedul Fitri dan dilempari batu
serta pembakranan masjid. Kegiatan dimulai pukul 13.00WIB akan diawali dengan
gerak jalan dari depan Masjid Kotta Barat menuju Bundaran Gladak. Saat tiba di
Bundaran Gladak, peserta Apel Siaga Umat Islam Solo Raya akan mendengarkan
orasi dari tokoh-tokoh Islam yang mengecam tindakan brutal orang Kafir berupa
pelemparan batu dan pembakaran Masjid di Tolikara, Papua terhadap kaum muslimin
yang tengah menunaikan ibadah Sholat Idul Fitri 1436H beberapa hari yang lalu.
Sejumlah
elemen umat Islam Solo Raya yang telah mengkonfirmasi kehadirannya adalah,
pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) se Solo Raya, anggota Majlis Tafsir Al
Qur’an (MTA) se Solo Raya, Muhammadiyah Solo Raya, Nahdhatul Ulama (NU) Solo
Raya, JAT se-Solo Raya, FKAM Solo Raya, MMI Solo Raya, JAS Solo Raya, Laskar
Umat Islam Solo (LUIS), Front Jihad Islam (FJI), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
dan Mahasiswa Pecinta Islam (MPI). Selain peserta dari ormas Islam, turut serta
dalam kegiatan ini adalah Ponpes Al Mukmin Ngruki Solo, Ponpes Darusy Syahadah
Boyolali, Ponpes Isy Karima Karanganyar, dan beberapa elemen umat Islam
lainnya. [Abdul Wahid]
Komentar
Posting Komentar