Pimpinan Pusat MTA: Bapak Presiden, Hendaklah Berhati-Hati dalam Memilih Menteri

SOLO,- Deru takbir terdengar saling bersahutan berkumandang di halaman parkir Stadion Manahan Solo pada pagi itu. Kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat terlihat tertata rapi walau jumlahnya mencapai puluhan ribu unit. Hal ini menandakan, ribuan umat Islam berduyun-duyun datang dari berbagai penjuru Kota Solo untuk melaksanakan ibadah sholat Iedul Fitri pada 1 Syawal 1436H yang bertepatan pada, Jum’at (17/07) di kompleks stadion kebanggaan masyarakat Kota Solo ini. Hadir sebagai imam sekaligus khotib pada sholat Iedul Fitri 1436H tersebut adalah Pimpinan Pusat yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA) Solo, Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina. Pada kesempatan ini, Khotib mengajak umat Islam yang tinggal di Indonesia untuk kembali kepada Al Qur’an dan As Sunnah agar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menjadi negeri yang Baldatun thoyyibatun wa robbun ghofuur. Oleh karena itu, Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina berpesan kepada Presiden Republik Indonesia (RI), Ir. Joko Widodo, untuk melakukan revolusi mental dengan memperbaiki akhlaq bangsa Indonesia yang berpedoman kepada Al Qur’an dan As Sunnah.
“Alhamdulillah, rupanya Presiden kita mengerti bahwa kejahatan-kejahatan yang terjadi di negeri ini dengan segala bentuknya sebab utamanya rusaknya mental bangsa ini,” demikian kata Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina di penghujung khotbahnya.

Pimpinan Pusat MTA pada kesempatan ini menekankan tentang pentingnya akhlaqul karimah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Menurutnya, inti dari berbagai masalah yang terjadi di Indonesia saat ini adalah krisis akhlaq karena ummat Islam telah jauh dari tuntunan
“Sebagaimana dikatakan seorang pujangga Islam yang terkenal Asy-Syauqi, “Sesungguhnya bangsa itu tergantung akhlaqnya, bila rusak akhlaqnya maka rusaklah bangsa itu,”” tegas sang Khotib.
Ia menjelaskan, dampak dari krisis akhlaq yang terjadi pada dewasa ini adalah timbulnya berbagai macam kejahatan dan kerusakan moral diberbagai bidang. Selain itu, akibat dari krisis akhlaq ini adalah terpuruknya perekonomian, angka kemiskinan membengkak, pengangguran semakin menumpuk, di berbagai tempat sering terjadi kerusuhan, kerusakan, dan pertikaian sesama anak bangsa.
“Ummat Islam yang mayoritas di negeri ini tidak dapat berbuat apa-apa karena sudah mengabaikan tuntunan agama,” ungkapnya.
Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina, menceritakan bahwa dahulu Rasulullah SAW pernah ditawari menjadi seorang penguasa atau raja oleh orang-orang kafir Makkah. Akan tetapi, tawaran itu oleh Nabi Muhammad SAW ditolak dengan tegas. Nabi Muhammad SAW mengumpamakan, “andaikata mereka dapat menaruh matahari dan bulan di kedua telapak tanganku, aku tetap tidak akan berhenti berdakwah dengan menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat agar ummat manusia selamat hidupnya di dunia dan akhirat”. Hal ini dapat dipahami karena Nabi Muhammad SAW ingin menanamkan tauhid yang murni bagi ummatnya.
“Beliau berdakwah dengan menanamkan akar tauhid yang kuat, bagaikan pohon yang baik, tidak ada keingginan sama sekali bagi beliau menjadi penguasa sedang ummatnya dalam kesesatan dan penderitaan,” tegasnya dihadapan puluhan ribu ummat Islam.
Diakhir khotbahnya, Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina mengungkapkan dukungannya terhadap langkah Presiden RI yang melakukan revolusi mental terhadap krisis akhlaq bangsa Indonesia. Menurutnya, langkah yang dilakukan oleh Presiden RI ini merupakan langkah yang tepat. Ia mencontohkan langkah Bupati Wonogiri yang mencanangkan  program Wonogiri Mengaji sebagai gerakan revolusi mental.
“Menurut saya, insya Allah, itu langkah yang tepat,” pujinya.
Beliau juga berpesan kepada presiden RI agar berhati-hati dalam memilih pembantu atau menteri yang akan membantunya dalam menjalankan roda pemerintahan. Karena peran menteri sangat menentukan keberhasilan Presiden dalam melaksanakan amanahnya sebagai pemimpin. Kalau memang ada menteri yang kurang cakap apalagi tidak jujur, jangan ragu-ragu untuk segera mengantinya.
“Bapak Presiden, Hendaklah Berhati-Hati dalam Memilih Menteri,” pungkas pimpinan MTA yang ditunjuk mengantikan pendiri MTA, Alm. KH. Abdullah Thufail Saputra sejak tahun 1992 silam.

[Abdul Wahid]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kaidah Penulisan Arab Melayu

Ringkasan novel Edensor

Biografi, Karya, dan Pemikiran Abdul Rauf Al-Singkili