Buat Apa Kita Memperingati Bulan Bahasa Indonesia?

Oleh: Abdul Wahid


Buat apa kita bersusah payah memperingati bulan bahasa Indonesia di tiap bulan Oktober?. Apalagi kita peringati acara tersebut dengan menulis dan membaca. Apa nggak bosan?. Biar nggak bingung bila ditanya tentang alasan memperingati bulan bahasa Indonesia, yuk kita mengingat kembali asal usul dan fungsi bahasa Indonesia bagi diri kita.

Berdasarkan beberapa sumber, istilah Indonesia berasal dari kata “indus” yang berarti Hindia dan kata “nesos” yang berarti pulau dan “nesioi” yang berarti pulau-pulau. Dapat disimpulkan, istilah Indonesia berarti “pulau-pulau Hindia”. Istilah Indonesia digunakan pertama kali dalam ilmu bumi oleh seorang ahli etnologi Inggris bernama James Richardson Logan pada tahun 1850.


Seorang ahli etnologi yang lain, G.W. Earl, menyebut penduduk dari kepulauan melayu dengan sebutan Indonesians Melayunesians. Sedangkan Maxwell pada 1862 menggunakan istilah Indonesia dalam karangannya yang berjudul “The Island of Indonesia” atau kepulauan Indonesia yang berhubungan dengan ilmu bumi. Kepopuleran Istilah Indonesia semakin gencar setelah digunakan dalam etnologi pada tahun 1884 oleh seorang ahli etnologi asal Jerman bernama Adolf Bastian.

Jauh sebelum itu, istilah Nusantara yang berasal dari bahasa Jawa Kuna telah lebih dulu dikenal luas oleh masyarakat pada waktu itu. Kata Nusantara berasal dari gabungan dua suku kata yaitu nusa yang berarti pulau dan antara yang berarti hubungan. Bila dirangkai, kata nusantara dapat diartikan sebagai “rangkaian pulau-pulau”.

Nah, itu tadi baru mengenai asal usul istilah Indonesia yang memang sedikit kurang jelas. Sekarang saatnya kita mengetahui asal usul lahirnya istilah bahasa persatuan bahasa Indonesia. Sumpah Pemuda memainkan peran penting dalam sejarah bahasa Indonesia, terutama sebagai bahasa Nasional. Kongres Pemuda atau yang sering dikenal sebagai Sumpah Pemuda yang diadakan pada 28 Oktober 1928 adalah hasil dari Kongres Pemuda pada 30 April - 2 Mei 1926 di Jakarta. Salah satu isi Sumpah Pemuda menyebutkan bahwa pemuda dan pemudi Indonesia memutuskan untuk menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa.

Pada kongres ini juga Muhammad Yamin mengatakan bahwa ada dua kemungkinan bahasa yang dijadikan sebagai bahasa Indonesia. Yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Muh. Yamin berpendapat, yang layak menjadi bahasa persatuan atau bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu. Karena pada waktu itu bahasa Melayu telah menyebar luas dan telah menjadi bahasa pergaulan.

Setelah adanya Sumpah Pemuda, penggunaan bahasa Indonesia mulai meluas. Akhirnya terjadilah Kongres Bahasa Indonesia yang pertama di Kota Solo pada 25-28 Juni 1938. Pencetus Kongres Bahasa Indonesia ialah Raden Mas Soedardjo Tjokrosisworo, wartawan harian Soeara Oemoem Surabaya. Saat itu ia rajin sekali menciptakan istilah-istilah baru, dan sangat tidak puas dengan pemakaian bahasa dalam surat-surat kabar Tionghoa.

Sejumlah tokoh yang aktif dalam kongres ini adalah Sanoesi Pane, Ki Hajar Dewantara, HB Perdi (wartawan), Mr Amir Sjarifoeddin dan Muh Yamin. Kongres dibuka oleh Ketua Komite Dr Poerbatjaraka. sekitar 500 orang hadir dalam malam pembukaan ini, termasuk di antaranya wakil-wakil dari Sultan Yogyakarta, Sunan Solo, Paku Alam, Mangkunegara, Pers Indonesia maupun Tionghoa, dan wakil dari Java Instituut.

Walau Kongres Bahasa Indonesia pertama kali dilaksanakan di Kota Solo, tapi bahasa Indonesia bukanlah bahasa Jawa yang mayoritas digunakan oleh masyarakat yang tinggal di Kota Solo. Melainkan bahasa Melayu yang lahir dan berkembang di kepulauan Riau yang jauh dari Kota Solo. Hal ini mengisyaratkan, orang Jawa yang pada waktu itu mendominasi Indonesia mampu menghormati lahirnya bahasa Indonesia yang berakar dari bahasa Melayu.

Selanjutnya kita akan mengupas tentang peran bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa. Bahasa adalah jati diri penggunanya. Begitu pula dengan bahasa Indonesia yang merupakan simbol jati diri bangsa. Oleh sebab itu, kita harus senantiasa menjaga, melestarikan, membina dan mengembangkan bahasa Indonesia. Bahasa juga menjadi alat komunikasi modern yang mampu membedakan bangsa satu dengan bangsa yang lain.

Di era global seperti ini, bahasa sebagai jati diri suatu bangsa penting untuk dipertahankan agar bangsa kita tetap dapat menunjukkan keberadaannya. Selain bahasa Indonesia, sastra Indonesia merupakan bagian dari jati diri bangsa. Sebab, sastra merupakan gambaran dari ekspresi tata nilai, pengalaman, dan penghayatan masyarakat terhadap kehidupan berbangsa. Karenanya, segala sesuatu yang terungkap dalam karya sastra Indonesia merupakan pencerminan dari jati diri bangsa Indonesia.


Maka, salah satu cara agar kita bangga menggunakan bahasa Indonesia adalah dengan memperingati bulan Oktober sebagai bulan lahirnya bahasa Indonesia dengan berbagai kegiatan. Selamat merayakan Bulan Bahasa Indonesia. Yuk kita lestarikan bahasa Indonesia. Kalau bukan kita yang bangga menggunakan bahasa Indonesia, lalu siapa lagi?.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kaidah Penulisan Arab Melayu

Ringkasan novel Edensor

Biografi, Karya, dan Pemikiran Abdul Rauf Al-Singkili