Balada Pensil yang Tertukar

Karya: Abdul Wahid

“Bid, bangun Bid. Sudah jam 8 lho,” kata Widi membangunkanku.
“Apa? Sudah jam 8? Duh, malah ketiduran. Padahal aku jam setengah 9 ada ujian EAP,” teriakku terkaget.
Aku langsung menuju kamar mandi. Hanya sempat membasuh muka dan gosok gigi. Tak sempat untuk mandi. Padahal pagi tadi aku sudah bangun jam 4. Ikut sholat shubuh berjamaah pula. Seusai sholat Shubuh mataku tak bisa diajak bersahabat. Dia memilih untuk terpejam dan aku tak kuasa menahannya.

“Aku berangkat dulu ya Bro,” kataku kepada Widi sembari memasukkan buku besar berwarna merah ke dalam tas. Sejurus kemudian aku mengeluarkan motor dengan menuntunnya menuju halaman depan Kost Senja.
“Sial! Motorku kehabisan bensin!” gumamku seusai mengerahkan segala daya upaya untuk menyalakan motor.
Aku menuntun motor. Butir-butir peluh menghiasi keningku. Setelah menuntun dengan medan jalan yang menanjak sejauh 500 meter akhirnya kutemukan Pom Bensin.
Degup jantungku terasa berdebar-debar. Bukan karena gerogi mau ketemu cewek. Tapi aku takut jikalau teman-temanku mencium aroma tak sedap gara-gara aku tak sempat mandi dan malah bermandi peluh.
“Mbak, isi pertamax 20ribu ya,” kataku ngos-ngosan.
“Oke mas,” Seutas senyuman manis ia dihadiahkannya kepadaku.
“Ini mbak uangnya.”
“Terima kasih mas. Kalau mau tambah angin, itu ada kompresor mas. Sampai berjumpa kembali.”
“Aku kehausan mbak. Minta air. Bukan angin!” gumamku dalam hati.
            Kunyalakan motor menuju ke kampus. Tibalah aku di halaman parkir UPT Bahasa. Tempat untuk bertarung melawan soal-soal berbahasa Inggris yang bernama EAP. Soal yang menjadi momok bagi tiap mahasiswa Universitas Negeri Solo.
“Mau ujian mas?” tanya seorang penjaga presensi ujian.
“Iya Bu” jawabku sembari menyerahkan kartu sakti mahasiswa.
“Jangan lupa pensil 2B-nya ya mas. Nanti lembar jawabnya pakai lembar jawab komputer seperti lembar jawab di ujian nasional SMA”
“Duh, aku lupa belum beli. Saya beli buku dulu ya Bu” jawabku sekenanya dan tangan kananku reflek menepuk jidat.
“5 menit lagi ujian di mulai mas”
“Iya Bu” langsung aku berlari dengan kecepatan penuh menuju Mall kampus.
Secepat kilat aku berlari menuju Mall Kampus. Cepat-cepat aku dorong pintunya. Sampai bikin salah seorang pengunjung tercegat. Si pembeli ini sempat terbengong sesaat. Tak kupedulikan orang itu. Aku langsung menuju tempat pajangan pensil. Lalu aku ambil pensil yang berwarna biru dengan tambahan warna hitam di atasnya.
“Berapa Bu harganya?” tanyaku tergesa-gesa.
“2ribu mas” kata Bu kasir berkacamata yang terlihat lebih gendut dari biasanya gara-gara ia pakai baju pulkadot.
Setelah membayar aku langsung berlari dengan kencang menuju UPT Bahasa. Kuhampiri ibu penjaga presensi. Aku diberinya kartu ujian seraya ia berkata, “Ayo cepat mas. Ujiannya sudah dimulai.”
Langsung aku berlari menuju ruang ujian yang berada di lantai empat. Tapak demi tapak tangga kulalui dengan decak sepatu. Sampailah aku di depan pintu ruang ujian. Ku ketuk pintunya. Seorang pengawas ujian keluar menghampiriku.
“Kok telat mas?” tanyanya.
“Tadi saya bangun tidur kesiangan Bu” jawabku cepat.
“Iya sudah. Silahkan masuk mas. Duduk di kursi paling depan ya”
“Iya Bu” tanpa basa basi aku langsung menuju kursi perjuang yang paling depan.
“Jangan diulangi lagi terlambatnya mas. Ini ujiannya sudah dimulai. Silahkan soalnya dikerjakan. Tapi tidak ada tambahan waktu” kata seorang Bapak pengawas yang memberiku buku soal EAP dan selembar lembar jawab.
Waktu satu jam lebih seperempat telah berlalu begitu cepat. Tak terasa waktu ujian EAP telah selesai. Para pengawas mulai menyuruh peserta ujian untuk ke luar ruangan dan mengambil buku soal dan lembar jawab.
Aku masih terduduk saat seorang pengawas mengambil buku soal dan lembar jawabku. Hati terasa plong. Beban berat di punggung seakan sirna.
Namun kegelisahanku muncul tatkala aku hendak memasukkan pensil ke dalam tas. Menurutku ada hal aneh yang terjadi. Kemudian kuperhatikan persil berwarna biru dengan tambahan hitam di atasnya yang kubeli dengan harga 2ribu. Benar-benar kuperhatikan dengan saksama.

“Jangkrik! Kok aku belinya pensil HB!” ^^

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kaidah Penulisan Arab Melayu

Ringkasan novel Edensor

Biografi, Karya, dan Pemikiran Abdul Rauf Al-Singkili