Tobatnya Sang Guru Aliran Sesat BS TePa


Menjadi seorang ulama sekaligus memimpin lembaga dakwah Islam yang memiliki jutaan jamaah di seluruh Indonesia bukanlah hal yang mudah untuk dijalani. Belum lagi ia harus mampu membagi waktu antara kepentingan keluarga dengan kegiatan dakwah yang dilakoninya. Salah satu sosok yang mampu melakoni dua hal tersebut adalah ketua umum Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA), Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina.


Berkat kerja kerasnya, ia mampu memimpin MTA selama 24 tahun dan membawa visi dakwah Islam yang dilakukan oleh MTA di kancah nasional. Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina merupakan ketua umum MTA yang kedua. Sebelumnya, MTA dipimpin oleh seorang ulama keturunan Pakistan yang memiliki perangai tegas, (alm.) Al Ustadz K.H. Abdullah Thufail Saputro, selama 20 tahun.

Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina lahir di Gawok, Sukoharjo pada 27 Oktober 1948. Ia merupakan anak dari pasangan Siti Sa’diyah dan Muhammad Bisri. Sebagai pegawai negeri sipil, orang tua Ahmad Sukina mendapat tugas untuk berdinas di luar kota dan akhirnya menetap di desa Pelok Sepur Kecamatan Ngrampal, Sragen.

Kedua orang tuanya yang dikenal sebagai aktivis Masyumi dan Muhammadiyah yang bergiat dalam dakwah Islam. Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina, juga belajar mengaji kepada kakeknya yang bernama Abdullah Manan, seorang aktivis Masyumi di Surakarta. Pendidikan dasar dan menengahnya diselesaikan di Surakarta. Cita-cita Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina sejak kecil ingin menjadi guru agama sepenuhnya mendapat dukungan dari kedua orang tua.

Meski tinggal di desa, hal ini tak menyurutkan nyali Ahmad Sukina untuk menamatkan pendidikan di jurusan Tarbiyah, Institut Agama Islam Muhammadiyah (IAIM) atau sekarang dikenal sebagai Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Di saat merasakan dunia perkuliahan inilah ia mulai aktif berorganisasi. Beberapa organisasi pergerakan mahasiswa yang ia ikuti seperti, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pelajar Islam Indonesia (PII), dan Ikatan Pemuda Muhammadiyah (IPM).

Selepas lulus dari bangku perguruan tinggi, ia kemudian menjadi pendidik di Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah Kartasura selama tujuh tahun. Selanjutnya ia berpindah tempat mengajar  di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Kartasura, Sukoharjo dan mengajar pelajaran agama Islam. Di sekolah ini, ia sempat mendapat teguran keras dari kepala Departemen Agama (Depag) Sukoharjo. Akibat teguran keras ini Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina dilarang mengajar dan dipindah tugaskan ke bagian administrasi di kantor Depag Sukoharjo.

Oleh pihak SMPN 3 Kartasura, ia dianggap meresahkan karena tak mau berjabat tangan dengan siswa putri dan guru putri yang merupakan rekan kerjanya sesama guru. Menurut Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina, tidak berjabat tangan dengan lawan jenis merupakan implementasi dari hasil mengaji Tafsir Al Qur’an bersama (Alm.) Al Ustadz Abdullah Thufail Saputra sejak tahun 1974. Meski mendapat tentangan, ia tetap melanjutkan prisipnya tersebut.

Hingga pada tahun 1985 ia dipindahkan lagi untuk mengajar di Pondok Pesantren Al Mukmin, Ngruki, Sukoharjo selama empat tahun. Selepas itu, ia dipindahkan lagi ke MAN Sukoharjo. Karena jaraknya yang dirasa terlalu jauh dengan Kota Solo, akhirnya ia memutuskan untuk berpindah tempat mengajar di SMA MTA Solo.

Perlu diketahui bersama, Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina bersama istri pertamanya, (alm.) Fathiyati Sukino, mulai berguru dengan Al Ustadz K.H. Abdullah Thufail Saputro sejak tahun 1974. Pada saat itu Drs. Ahmad Sukina mengikuti pengajian rutin Tafsir Al Qur’an di daerah Kebonan Sriwedari, Solo. Sejak saat itu, Drs. Ahmad Sukina mengaku tidak pernah bolos dari pengajian dan jadwal khotbah yang dilaksanakan oleh Al Ustadz K.H. Abdullah Thufail Saputra.

Bahkan hingga pengajian selesai, Drs. Ahmad Sukina sering mengajak Al Ustadz K.H. Abdullah Thufail Saputro berbincang dan baru akan pulang ketika Al Ustadz K.H. Abdullah Thufail Saputro sudah beranjak pulang. “Sampai akhirnya tanggal 14 September 1992 beliau wafat. Saat itu, saya menjadi salah satu orang yang mengurus jenazah beliau, sedangkan pada saat yang bersamaan sejumlah perwakilan MTA bermusyawarah memilih pengganti beliau,” jelas Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina seperti yang dikutip harian Joglosemar.

Beberapa tahun sebelum Ahmad Sukina bergabung dengan pengajian rutin Tafsir Al Qur’an di daerah Kebonan, Sriwedari, Solo, ia adalah pimpinan Persatuan Bela Diri tenaga dalam Barisan Syuhada Tega Pati. BS TePa, demikian aliran ini disebut, oleh Ahmad Sukina dibubarkan pada 14 Juli 1975. Menurutnya, langkah-langkah dan itikat gerakan BS TePa itu keliru bahkan lebih condong ke arah menyesatkan. Pada kesempatan yang sama, Ahmad Sukina mengajak mantan anak buahnya di BS TePa untuk mengadakan kegiatan kelompok pengajian Tafsir Al Qur’an di Makamhaji, Kartasura, Kabupaten Sukoharjo.

Berselang satu pekan setelah membubarkan BS TePa, tepatnya tanggal 21 Juli 1975 MTA Cabang Makamhaji telah resmi dibuka oleh kepala desa Makamhaji, H. Sangidi Sastro Daryono, dan direstui oleh  para sesepuh yang hadir. Sebanyak 50 orang yang terdaftar sebagai peserta pengajian MTA Cabang Makamhaji hadir dalam peresmian tersebut.

*****

Komentar

  1. Maasyaa Allah kajian beliau sdh dekat sekali dgn kajian salafush shoolih yakni kajian islam yg murni yg sesuai al quran dan ass sunnah, tdk ditambah tidak dikurang tidak ada kreasi kreasi...semoga beliau sehat selalu istiqomah dan selalu dijaga aqidahnya yg sdh sesuai dgn aqidah ahlus sunnah wal jamaah yg benar sesuai pemahaman para sahabat rodiyallahu anhum ajmaiin..aamiiin

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah semoga MTA dengan ridho Allah Subhanahu Wa Ta'ala membawa umat Islam sesuai sunnah Rasulallah Salallahu Alaihi Wa salam, aamiin

    BalasHapus
  3. Alhamdulillah, semoga beliau dalam bimbingan Allah SWT.
    Jangan lupa siapkan generasi penerus nya.

    BalasHapus
  4. Mta sangat inspiratif,semoga organisasi islam yang lain bisa mencontoh nya.

    BalasHapus
  5. Mta sangat inspiratif,semoga organisasi islam yang lain bisa mencontoh nya.

    BalasHapus
  6. Mta sangat inspiratif,semoga organisasi islam yang lain bisa mencontoh nya.

    BalasHapus
  7. Saya kira beliau alumni pesantren mana, ternyata alumni UMS.

    BalasHapus
  8. Mengaji lebih baik dengan ulama yang patut dibilang ulama dan benar2 faham bukan menafsirkan dengan akal pikiranya sendiri kalau ahmad sukino emang merasa benar cobalah dialog dengan para senior ulama nu jangan sok pinter dan merasa bener sendiri jadi biar masarakat gak gagal paham anda kan orang berpendidikan sekali salah dalam dakwah anda turun temurun tuh sampe berapa turunan salah

    BalasHapus
  9. Dialogh itu bukan debat nyari sapa yg benar sapa yang salah tujuanya biar sama2 cari kebenaran anda selalu merasa benar menurut diri anda sendiri emang anda kira diri anda sama dengan orang lain predikat ulama ituga seperti anda kalau anda ilmunya seperti mbah moen alm wajar banyak rujukan anda masih jauh ilmunya pak haji masih banyak senior2 anda yang jauuuuuh keilmuanya yang lebih tau agama mereka diam tidak sok pintar karna memang hars hati2 bahkan extra hati2 rakyat indonesia itu gk sama otaknya sependapat dengan anda

    BalasHapus
  10. semoga MTA selalu berjaya dan tetap lestari...

    BalasHapus
  11. bagi saya alhamdulillah ada kajian seperti MTA saya bisa mengerti kajian2 allustad,alqur'an dan sunnah selama hidup saya banyak tak mengerti mana yg hak mana ygbatilitupn saya ga tau,ohya bagi saya tentang selisih pendapat dengan ustad lain wajar2lah kita kembalikan lagi alqur'an&sunah itu bgi sy jangan banyk komantar nanti sy juga bingung jadi yg mna sebenarny ilmu agma agama islam itu yg kaffah,wassalam)%%%©✓

    BalasHapus
  12. Terimakasih mta telah membuka mata hati saya utk beribadah dengan cara yg di ajarkan nabi SAW.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kaidah Penulisan Arab Melayu

Biografi, Karya, dan Pemikiran Abdul Rauf Al-Singkili

Ringkasan novel Edensor