Ringkasan Isi Teks Hikayat Raja Kerang

Pada kesempatan ini saya membaca sebuah hikayat yang berjudul “Hikayat Raja Kerang.” Hikayat ini menceritakan tentang seorang raja hebat yang bernama Raja Kerang. Kisah hikayat bermula saat negeri Bintara Pura Dewa diperintah oleh raja Maharaja Bikrama Indra. Ia mempunyai empat orang istri yang cantik-cantik. Namun, bersama keempat istrinya tersebut ia belum memiliki seorang anak pun. Suatu hari raja Maharaja Bikrama Indra bermimpi diberi buah oleh seorang tua. Kemudian mimpi itu ia ceritakan kepada hulubalang dan mentrinya yang kemudian semuanya diperintahkan untuk mencari buah itu.

Seorang utusan raja Maharaja Bikrama Indra dapat menemukan buah mangga di kebun mangga milik Pandita Palangka Dewa yang saat itu hanya ada satu buah mangga yang di bawa oleh pembantu Pandita Palangka Dewa yang bernama Siti Ganda. Tak lama setelah raja Maharaja Bikrama Indra memakan buah mangga semua istri raja menjadi hamil. Pada saat waktunya melahirkan, salah satu istrinya tidak melahirkan manusia. Melainkan seekor kerang. Ibu dan anaknya yang seekor kerang ini diusir oleh raja Maharaja Bikrama Indra dari kerajaan.
Suatu hari raja Kerang menangis karena dihina tidak mempunyai ayah oleh teman-temannya. Kemudian sang ibu raja Kerang menceritakan siapa sebernarnya ayahnya. Setelah mendengarkan cerita tersebut, raja Kerang pamit pergi menemui ayahnya untuk membalas sakit hati ibunya. Di tengah perjalanan menemui ayahnya, raja Kerang bertemu Batara Indra yang kemudian memberinya cumbul kesaktian dan panah sakti serta mengubah nama raja Kerang menjadi Indra laksana.  Indra Laksana sampailah di sebuah hutan yang ditungui oleh seorang raksasa. Di tempat itu ada seorang putri yang disembunyikan oleh raksasa itu. Saat raksasa itu pergi mencari makan, maka Indra Laksana mendatangi putri itu dan bercengkrama dengannya serta mengajaknya untuk pergi bersama. Datanglah raksasa dari mencari makan. Ia kaget ternyata putri yang ia sembunyikan telah dibawa pergi oleh Indra Laksana. Kemudian raksasa itu mengejarnya dan oleh Indra Laksana raksasa itu dikalahkan dengan cumbul sakti yang ia miliki. Akhirnya dua orang ini berlayar mengunakan perahu.
   Di negeri Bintara Pura, ketiga putra Raja Bikrama Indra ingin perlu berlayar. Ketika berlayar, mereka bertemu dengan Indra Laksana yang membawa seorang putri. Oleh ketiga putra Raja Bikrama Indra ini Indra Laksana diceburkan ke laut agar mereka mendapatkan putri yang di bawa oleh Indra Laksana. Namun, setelah Indra Laksana diceburkan ke laut putri Kesuma Indra mengetahui niat busuk mereka dan ia memilih berubah wujud agar tidak diambil oleh mereka. Akhirnya mereka berlalu karena sang putri telah berubah menjadi bangkai. Adapun Indra Laksana yang hanyut diselamatkan dan oleh Nini Kabayan Indra Laksana dijadikan sebagai anak angkat. Dia bekerja membantu Nini Kabayan menyirami kebun bunganya. Suatu ketika raja negeri Langka Pusaka, Prabu Dewa mengadakan kaul karena putrinya sembuh dari penyakit payah. Indra Laksana turut datang dalam acara tersebut. Ketika putri Prabu Dewa yang bernama Putri Kemala Ratna Sari melihat Indra Laksana, ia langsung merasa jatuh hati kepada Indra Laksana dan melemparkan cumbul serta suntingan kepada Indra Laksana. Melihat kejadian ini Prabu Dewa murka terhadap sang putri. Akhirnya ia mengusir Putri Kemala Ratna Sari dari istana. Dengan gembira ia pergi meninggalkan negerinya bersama Indra Laksana.
Indra Laksana bersama putri Kemala Ratna Sari bekerja menjaga buma dan memintai pajak dari kapal-kapal yang singgah di sana. Kemudian Indra Laksana teringat kembali tentang kapal sakti yang pernah diciptakannya. Selang beberapa saat kapal sakti yang pernah ia ciptakan itu datang dan istrinya Putri Kesuma Indra masih berada di dalam kapal tersebut. Kemudian Kemala Ratna Sari diperkenalkan dengan Putri Kesuma Indra dan mereka berlayar dengan riang gembira. Saat berlayar, mereka berpapasan kembali dengan ketiga tiga raja bersaudara itu lagi. Ketiganya ingin menengelamkan Indra Laksana dan ingin mengambil dua putri yang di bawa olehnya. Tetapi kedua istri Indra Laksana telah mengetahui niat jelek mereka bertiga dan kedua istri Indra Laksana ini menciptakan tawon dan ular untuk mengusir mereka. Ketiga bersaudara ini akhirnya pulang ke negerinya dan mengadukan hal ini kepada raja Bikrama Indra. Lalu raja Bikrama Indra menyiapkan pasukan untuk menyerang Indra Laksana. Kapal Indra Laksana disandarkan di tepi hutan Bintara Pura. Lalu Indra Laksana pulang untuk menemui bunda dan neneknya. Indra Laksana juga menceritakan kejadian yang menimpanya selama meninggalkan ibunda dan nenenda Pandita Palangka Dewa serta memperkenal kedua istrinya.
Kemudian Indra Laksana membuat istana di hutan Bintara Pura. Istana ini diketahui oleh ketiga anak raja Bikrama Indra dan mereka mempersiapkan pasukan untuk menghancurkan istana Indra Laksana. Berkat cumbul sakti yang dimiliki oleh Indra Laksana akhirnya seluruh pasukan anak raja Bikrama Indra dapat dikalahkan dan dimasukkan ke dalam gua ciptaan dan dirantai. Raja Bikrama Indra merasa curiga karena ketiga putrnya belum kunjung pulang ke istananya. Maka ia bersama seluruh tentaranya yang sangat banyak di bawa ke hutan Bintara Pura untuk menyerang istana Indra Laksana. Setelah melihat rombongan tentara raja Bikrama Indra datang di hutan Bintara Pura, maka Indra Laksana menyuruh Gentara Alam dan Gempa Alam untuk memasukkan mereka semua ke dalam gua ciptaannya. Kemudian mereka berdua berubah menjadi garuda berkepala tujuh dan ular naga berkepala tiga. Semua tentara raja Bikrama Indra takut dan berlari menuju gua ciptaan Indra Laksana. Ketika melihat ketiga anaknya berada di dalam gua ia merasa heran dan bertanya bagaimana hal ini bisa terjadi. Setelah Gandara Alam dan Gempa Alam berhasil memenjarakan tentara raja Bikrama Indra, mereka melaporkannya kepada Indra Laksana. Kemudian Indra Laksana menyuruh nenenda, ibunda dan istri-istrinya untuk memakai pakaian yang bagus.
Kemudian Indra Laksana bersama keluarganya mengunjungi raja Bikrama Indra dan menceritakan kehidupannya kepada raja dan anak-anaknya. Kemudian raja dan ketiga anaknya memohon ampun kepada Indra Laksana. Kemudian Indra Laksana melepaskan semua tawanan dan melenyapkan gua ciptaannya itu. Kemudian mereka bersuka ria dan berpesta bersama semua anak dan istri raja Bikrama Indra.
 Suatu ketika Buta Sila Jurangga melihat dua putri yang sedang bermain-main. Diambilnyalah mereka berdua itu ke gunung Kila Pertapa. Ketika Indra Laksana mengetahui kedua istrinya hilang maka ia mencarinya bersama Gandara Alam yang berubah wujud menjadi garuda sampai di puncak gunung Kila Pertapa. Di sanalah kedua istrinya itu ditemukan. Kemudian datanglah Buta Sila dengan marah karena ada manusia yang dtang ke tempatnya. Kemudian Indra Laksana menyuruh Gandara Alam untuk melawan Buta Sila. Akhirnya Buta Sila kalah dan melarikan diri menjadi gunung. Oleh Indra Laksana gunung itu di panah dan berubahlah gunung itu menjadi Dewa Parloka yang sebelumnya di kutuk oleh Batara Indra menjadi Buta Sila. Ia mengucapkan terima kasih dan memberikan mestika sakti dan kuda yang bernama Cita Anggara yang memiliki kekuatan dapat menghidupkan kembali orang mati.

Ketiga putra raja Bikrama yang di utus untuk mencari Indra Laksana akhirnya sampai di gunung Kila Pertapa. Saat tiba di gunung tersebut mereka bersama pasukannya di amuk oleh dua ekor badak. Akhirnya sebagian pasukan ketiga putra raja Bikrama Indra ini mati dan sebagian lainnya bersama ketiga putra raja Bikrama Indra ini melarikan diri ke puncak gunung Kila Pertapa. Di atas gunung itu mereka bertemu Indra Laksana dan menceritakan kejadian pasukannya di amuk oleh dua badak. Di utusnya Gandara Alam dan Gempa Alam untuk melawan kedua badak itu. Akan tetapi, Gandara Alam dan Gempa Alam tak sanggup mengalahkan kedua badak tersebut. Maka diambillah panah sakti Indra Laksana lalu ia panahkan kepada kedua badak itu yang kemudian berubah menjadi Sah Midan dan Sah Perdana yang merupakan adik dari Putri Kesuma Indra. Kemudian mereka ingin segera pulang ke istananya masing-masing. Akan tetapi, ketiga putra raja itu tidak berani pulang karena pasukannya telah banyak yang mati. Kemudian oleh Indra Laksana pasukan yang telah mati tersebut dihidupkan kembali dengan mustika Cita Anggara. [Abdul Wahid]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kaidah Penulisan Arab Melayu

Ringkasan novel Edensor

Biografi, Karya, dan Pemikiran Abdul Rauf Al-Singkili