Sistem Penggelolaan Arsip di Perpustakaan Reksa Pustaka Pure Mangkunegaran Solo
Puri Mangkunegaran
dibangun pada tahun 1757 oleh Raden Mas Said yang lebih dikenal sebagai
Pangeran Sambar Nyawa, setelah penandatanganan Perundingan Salatiga pada 13
Maret, dua tahun pasca dilaksanakannya Perjanjian Giyanti yang isinya membagi pemerintahan Jawa menjadi Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta oleh VOC pada 1755. Raden Mas Said kemudian
menjadi Pangeran Mangkunegara I. Seperti
bangunan utama di keraton Surakarta dan keraton Yogyakarta, Puri Mangkunegaran
mengalami beberapa perubahan selama puncak masa pemerintahan kolonial Belanda di Jawa Tengah. Perubahan ini
tampak pada ciri dekorasi Eropa yang populer saat itu.
Puri
Mangkunegaran merupakan salah satu pusat pemerintahan di Surakarta. Sebagai
suatu sistem pemerintahan yang berkembang dari masa ke masa, Mangkunegaran
memiliki beberapa arsip yang layak untuk diteliti dan dimanfaatkan dalam ranah
ilmu pengetahuan. Sistem waris yang masih dianut secara tetap menjadikan raja
di Mangkunegaran masih memiliki hubungan darah satu sama lain, sehingga tak
menutup kemungkinan melakukan perbandingan pembuatan kebijakan di zaman yang
berbeda melalui studi ilmu kearsipan.
Turut serta
dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang sastra dan kebudayaan,
kini Puri Mangkunegaran melalui Perpustakaan Reksa Pustaka dapat dinikmati oleh
masyarakat umum untuk mencari data yang diperlukan. Sumber-sumber data tersebut
juga dapat ditemukan di dalam arsip yang tersimpan di sana.
1.
Jenis arsip yang tersimpan di Reksa
Pustaka Mangkunegaran
Arsip yang tersimpan di Reksa Pustaka
berasal dari dokumen-dokumen pemerintahan Mangkunegaran, khususnya Mangkunegaran
IV – VIII. Ada berbagai jenis arsip yang tersimpan di sana. Arsip-arsip
tersebut termasuk dalam arsip statis karena pada saat ini sudah tidak digunakan
lagi. Misalnya arsip masa Mangkunegaran V sudah tidak digunakan lagi secara
aktif pada masa Mangkunegaran VI. Namun arsip tersebut sekadar digunakan
sebagai referensi di masa-masa selanjutnya.
Jenis
arsip yang tersimpan di Mangkunegaran antara lain:
a. Tekstual
Merupakan
jenis arsip yang tertulis dalam lembaran. Contoh: arsip tentang pengadaan olahraga,
arsip tentang pemberantasan penyakit.
b. Peta
Merupakan
jenis arsip berupa gambaran atau lukisan pada kertas yang menunjukkan letak
suatu wilayah. Contoh: Peta wilayah kekuasaan Mangkunegaran.
c. Foto
Merupakan
jenis arsip yang berupa potret atau gambar dalam bentuk cetak mengenai suatu
keadaan yang nyata. Contoh: foto bendahara Mangkunegaran beserta
dayang-dayangnya, foto pabrik karet, foto prajurit dan tentara, dan lain
sebagainya.
d. Video
Merupakan
jenis arsip berupa rekaman gambar hidup suatu kegiatan di masa pemerintahan
Mangkunegaran. Contoh: Video pagelaran
seni Mangkunegaran.
e. Kaset
Merupakan
jenis arsip berupa rekaman suara. Contoh: Kaset tembang-tembang Jawa,
macapatan.
2.
Cara mengelompokkan arsip di Reksa
Pustaka Mangkunegaran
Reksa Pustaka
Mangkunegaran menyimpan banyak koleksi arsip. Semua koleksi tersebut
dikelompokkan berdasarkan berbagai aspek untuk mempermudah pengelolaan arsip. Pengelompokkan arsip
bukanlah hal yang sepele, karena kesalahan pengelompokkan dapat berakibat fatal.
Salah satunya dapat mempengaruhi pembuatan kebijakan di masa yang akan datang
karena dokumen-dokumen lampau masih saja digunakan sebagai referensi Apabila
arsip yang dikelompokkan masuk ke dalam kelompok yang salah, maka arsip
tersebut akan sulit untuk ditemukan kembali karena sistem penyimpanan telah
menggunakan kode-kode tertentu.
Arsip di Reksa
Pustaka dikelompokkan berdasarkan periode Mangkunegaran. Mulai dari
Mangkunegaran IV sampai Mangkunegaran VIII. Dari tiap periode Mangkunegaran
tersebut dikelompokkan kembali berdasarkan kegiatan, antara lain menjadi arsip keuangan, arsip kemiliteran, arsip
perusahaan, arsip olahraga dan arsip lainnya.
3.
Penerapan prinsip-prinsip pengelolaan
arsip di di Reksa Pustaka Mangkunegaran
a.
Pengumpulan Arsip
Arsip-arsip
di Mangkunegaran mulai dikumpulkan dan disimpan saat satu periode pemerintahan
raja berakhir. Hal ini dilakukan berdasarkan sistem pemerintahan yang selalu
membuat peraturan baru saat raja baru naik tahta, sehingga peraturan-peraturan
lama secara otomatis tidak lagi digunakan dan langsung diarsipkan. Ruang arsip
di puri Mangkunegaran ini hanya menyimpan arsip-arsip raja yang telah
meninggal, sebab seorang raja akan menyimpan sendiri naskah-naskah yang
berkaitan dengan pemerintahannya sampai ia mangkat.
b.
Pengolahan Arsip
Pengelolaan
arsip, dalam hal ini memanfaatkan arsip sebagai kebutuhan penelitian dan ilmu
pengetahuan saat ini dikelola sepenuhnya oleh bagian arsip. Di bagian tersebut,
pengunjung tidak diperkenankan mengambil arsip sendiri, namun dilayani oleh
petugas. Arsip-arsip tersebut sebagian besar juga telah disalin untuk
memperkecil risiko kerusakan. Hal ini bertujuan agar arsip yang kondisi
kertasnya sudah lapuk tidak semakin rusak. Pengunjung hanya bisa menuliskan
nomor arsip sesuai dengan kode dalam katalog untuk kemudian diambilkan oleh
petugas. Pengunjung pun tidak dapat masuk ke ruang perpustakaan, namun mereka
dapat membaca arsip maupun salinannya tersebut di ruang baca yang telah
disediakan.
c. Retensi Arsip
Retensi arsip adalah cara penyimpanan
arsip agar terhindar dari kerusahan. Untuk arsip-arsip di Reksa Pustaka,
sebelum disimpan biasanya akan dilapisi dengan tisu Jepang terlebih dahulu,
kemudian dimasukkan ke dalam kotak kardus khusus dan dikelompokkan berdasarkan
jenis arsip. Selanjutnya disimpan di rak-rak berkaca dengan suhu tertentu untuk
menjaga keawetan kertas
d. Pemusnahan Arisp
Belum pernah ada pemusnahan arsip di
Reksa Pustaka dengan alasan untuk menghormati raja-raja yang telah berjasa
memimpin Puri, serta pentingnya sumber-sumber informasi yang dapat diperoleh
dari dokumen tersebut. Biasanya arsip-arsip di sana musnah dengan sendirinya karena
usia atau keadaan alam (dimakan ngengat, kutu buku, rayap, atau jamur). Keadaan
yang memusnahkan arsip secara alami ini memang tidak bisa dihindarkan akan
datang lebih cepat karena alasan pengelolaan yang kurang maksimal dari pihak
Puri jika tak mendapatkan bantuan dari Badan Arsip Nasional maupun Badan Arsip
Daerah.
4.
Struktur Kerja Pengelola Arsip di Reksa
Pustaka Mangkunegaran
Bagian arsip Reksa
Pustaka dikelola oleh Basuki. Meski tak berasal dari keluarga keraton, namun
Basuki rela mengabdikan diri untuk melestarikan budaya dengan menjadi
pengelola bagian arsip sejak 1989 hingga
saat ini. Perlu diketahui bahwa
struktur kerja pengelola reksa Pustaka di Mangkunegaran, terdiri atas beberapa
bagian:
a.
Khusus
Naskah
b.
Khusus Arsip
c.
Khusus
Transkripsi
d.
Kyai
Sepuh yang bertugas membaca tulisan Jawa
Bagian-bagian tersebut masing-masing dikelola oleh satu orang
dengan alasan agar pengelolaan dapat berjalan dengan lebih fokus. Di samping
itu belum ada sumber daya manusia yang mau mengabdi sebagai pengelola di
Mangkunegaran, terutama generasi muda.
5.
Kendala dalam pengelolaan arsip di Reksa
Pustaka Mangkunegaran
a. Kendala Sumber Daya Manusia
Perpustakaan
Mangkunegaran pada bagian arsip hanya dikelola oleh Bapak Basuki seorang diri,
beliau adalah orang yang lebih mengetahui kondisi dan tata letak arsip-arsip.
Terkadang ketika pengunjung sedang ramai, petugas dari bagian lain juga turut
membantu, namun tak banyak informasi yang didapatkan mengingat hanya Pak Basuki
yang tahu secara keseluruhan masalah pengelolaan arsip tersebut.
Adanya
rencana penambahan sumber daya manusia pada perpustakaan ini selalu akan
diterima. Namun, dengan catatan bahwa perpustakaan ini bergerak dalam lembaga
sosial bukan sebagai pegawai negeri yang mempunyai gaji tetap. Bahkan mengenai
gaji SDM di sini bukanlah gaji UMR. Sehingga, jika ada yang bersedia membantu
pengelolaan perpustakaan ini hanya diberi pilihan apakah bersedia atau tidak.
b.
Kendala Tempat
Perpustakaan
Mangkunegaran mempunyai tempat yang cukup luas. Namun, jika dikhususkan lagi
mengenai ruang baca arsip maka sebenarnya akan lebih baik jika diperluas lagi.
Tetapi di sisi lain mengenai adanya peraturan kraton yang tidak boleh seenaknya
memindah, memperluas, memperbarui, merubah bangunan yang ada bahkan mengenai
warna cat tembok, jendela sudah terdapat aturannya sendiri. Maka perpustakaan
Mangkunegaran pun memang sudah diletakkan di wilayah kraton pada bagian
tersebut. Sehingga, mengenai ruang baca arsip pun sudah diberi jatah ukuran
sedemikian rupa di dalam perpustakaan.
Penjelasan
yang lebih rincinya mengenai bangunan, misalnya seperti bentuk jendela dan
pintu yang akan diperbarui atau direnovasi maka bentuk dan ukuran pun harus
sama persis seperti yang ada sebelumnya, tidak boleh diubah. Begitu pula dengan
warna cat juga tidak boleh seenaknya menggantinya. Warna cat yang akan
dilakukan pembaruan atau direnovasi maka harus berwarna sama persis seperti
aturan yang ada, tidak boleh terlalu tua dan terlalu muda dalam pemilihan
warnanya.
c.
Kendala
mengenai masalah dana
Dalam Pengelolaannya, perpustakaan Reksa
Pustaka mendapatkan bantuan biaya langsung dari istana dan biaya pengelolaan
dan pelestarian cagar budaya. Bantuan biaya ini meliputi biaya perawatan gedung
dan biaya sirapnya : pendopo, kraton. Namun sangat disayangkan mengingat tidak
adanya bantuan pengelolaan koleksi.
Pengelolaan
naskah ternyata lebih sulit dibandingkan pengelolaan arsip-arsip yang tersedia
tersebut. Hal ini dikarenakan masalah fisik naskah dan arsip itu berbeda.
Naskah terdiri dari beberapa bendel yang tebal-tebal, sedangkan arsip hanya
lembaran-lembaran yang disampul agar tidak rusak lalu diwadahkan ke dalam
box-box kardus dan ditata rapi. Berbeda dengan naskah yang harus dirawat dengan
sistem tertentu agar lebih terjaga dan awet karena merupakan suatu aset.
Tentang
arsip, tulisan yang termuat di dalamnya sudah huruf latin. Dahulu sebelum
diklasifikasikan lebih ringkas, arsip-arsip Mangkunegaran ini terdiri dari
lembar-lembar yang lebih kecil lagi dan sangat sulit untuk mencarinya jika
terdapat keperluan. Kemudian setelah berkembangnya zaman, maka diadakan
penyusunan arsip dengan lebih rapi agar mudah dicari.
6.
Naskah
yang disimpan di Reksa Pustaka ada beberapa jenis, menurut informasi yang kami
dapatkan dari Bapak Basuki sebagai berikut.
a. Bahasa, menurut bahasanya ada tiga
kelompok besar yaitu;
1) Bahasa Jawa
2) Bahasa Belanda
3) Bahasa Arab berbahasa Jawa
b. Bidang-bidang keilmuan: Sejarah,
Tinulang, Sastra, Wayang, Karawitan, Tari, Adat istiadat, Primbon, Hukum,
Pariwisata, Pertanian, Kesehatan, Flora, Fauna, Dongeng, Warna-warni, Batik
7.
Cara
mengelompokkan naskah di Mangkunegaran berbeda dengan cara mengelompokkan
arsip. Pengelompokan arsip sesuai dengan tahun munculnya arsip tersebut atau
sesuai dengan periode arsip tersebut digunakan. Naskah-naskah kuno sendiri
dikelompokkan sesuai dengan bidang-bidang keilmuan yan ada atau sesuai dengan
isi kandungan naskah-naskah tersebut.
8.
Perawatan
naskah-naskah kuno:
a. fumigasi atau penyiangan
b. pemberian kapur barus,
c. pembuatan kotak naskah
d. digitalisasi
e. restorasi, dengan pemberian tisu Jepang
f. laminasi, dipentingkan dan diutamakan
pada naskah-naskah yang hampir punah atau rusak.
g. transliterasi
h. terjemahan
i. almari khusus penyimpan naskah kuno
j. perawatan sehari-hari, seperti menjaga
kebersihan, tidak boleh membawa makanan dan minuman, dilarang merokok, mengopi
Perawatan
untuk arsip di Mangkunegaran seperti hal nya yang dilakukan untuk naskah kuno
di atas. Bedanya terletak pada didigitalisi, transliterasi, dan terjemahan.
Naskah-naskah kuno mendapatkan perawatan seperti di atas, sedangkan untuk arsip
sendiri tidak ada proses digitalisasi, transliterasi, dan terjemahan. Arsip di
Reksa Pustaka sendiri mendapatkan bantuan dari Badan Arsip Nasional Jakarta.
Setiap tahunnya Badan Arsip Nasional akan memberikan bantuan pada Arsip Reksa Pustaka
dan biasanya berupa tisu Jepang yang belum dapat diproduksi Indonesia, sehingga
perlu impor dari Jepang.
Komentar
Posting Komentar