Penulis muda? siapa takut!

"kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis”,
(Imam Al-Ghozali)
Nasihat dari Imam Al-Ghozali sangatlah tepat ditujukan kepada para pemuda Islam yang ingin tetap eksis dalam mendakwahkan ajaran agama Islam ini.
Selain itu, menjadi seorang penulis muda ternyata juga enak, di samping dapat mengasah otak, kita juga bisa memanaskan dan mencairkan pikiran-pikiran yang sudah lama terkekang di alam pikiran kita. Aktivitas menulis juga bisa dikatakan sebagai aktivitas yang harus di respon dengan bijak. Karena dengan menulis seseorang bisa mengisi kantong yang kosong dan terkenal (pemuda banget ^_^). Kalau kita ingin jadi seorang penulis profesional, mumpung usia kita masih muda, kita harus bisa memanfaatkan waktu muda ini dengan sebaik–baiknya dalam mengasah ilmu di bidang kepenulisan/jurnalistik. Apalagi kalau Anda suka dengan dunia tulis - menulis baik itu menulis puisi, cerita pendek, cerita bersambung, novel dan lain sebagainya. Sangat cocok kalau Anda selalu mengonsumsi berbagai macam buku. Mulai dari buku kumpulan cerpen hingga buku – buku novel. Karena setelah Anda membaca buku. Maka, Anda akan dapat merubah pola pikir. Maksudnya, sebelum Anda membaca buku referensi, mungkin ada yang berpendapat kalau kegiatan mengarang (menulis) dianggap sangat sulit. Akan tetapi ketika Anda sudah membaca berbagai macam buku. Maka, Anda akan mengatakan kalau kegiatan mengarang itu mudah dan menyenangkan.
Dulu ketika kita masih duduk di bangku sekolah dasar. Kita sudah di beri pelajaran untuk latihan mengarang baik itu membuat pantun, puisi maupun cerita (fiksi dan nonfiksi). Kemudian di sekolah menengah pertama (SMP) sampai sekolah menengah atas (SMA) juga masih ada pelajaran untuk menulis (mengarang). Oleh karena itu, jika Anda memang sudah benar-benar jatuh cinta dengan namanya kegiatan tulis menulis, maka terus gali potensi yang ada pada diri Anda. Kegiatan menulis ini juga tidak menutup kemungkinan bisa dilakukan bagi yang dulunya tidak suka menulis menjadi orang yang suka menulis. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan menulis tidak hanya berasal dari gen keturunan, malainkan juga bisa diasah lewat kebiasaan dan latihan dengan sungguh-sungguh.
Kemudian caranya bagaimana?
Biar kita tidak kehabisan bahan dalam menulis. Maka kami selaku penulis memiliki beberapa cara supaya kita tidak kehabisan bahan untuk menulis. Kurang lebih ada 3 hal penting yang harus diingat.
Pertama, harus membiasakan membaca. Misalkan kalau sudah membiasakan diri untuk membaca apa yang di dapat dari situ, yaitu mendapat tambahan semangat untuk mengarang dan mendapat ide untuk menulis.
Kedua, Anda juga harus membiasakan diri untuk mencatat hal-hal kecil yang pernah Anda alami.
Dan yang ketiga, bergaul dengan pengarang. Bisa dengan cara, ikut acara bedah buku atau peluncuran buku, hadir dalam pemeran buku, atau bisa juga dengan menghubungi penerbit untuk minta alamat rumah pengarang.
Setelah Anda tahu caranya, mari beralih pada keuntungan mengarang antara lain; nama Anda bisa jadi tersohor alias terkenal, dapat honor (bayaran), bisa mempengaruhi pembaca, dan bisa memberikan dukungan atau kritikan kepada pihak lain. Akan tetapi Anda jangan sampai lupa pedoman utama yang harus Anda tanamkan pada diri Anda; bisa mengatur waktu dan sistem kerja, kreatif, produktif, dan selalu ingin maju.
Jika dalam diri Anda sudah tertanam niat untuk menulis, maka lakukanlah dengan menulis apa saja yang Anda inginkan. Apabila sudah terbiasa, maka Anda akan merasa mudah dan senang untuk menulis. Sehari-hari Anda tidak akan putus dari buku dan pena. Oleh karena itu, jika Anda ingin menambah semangat dan motivasi untuk menulis, maka bacalah berbagai macam buku yang menurut Anda tepat untuk memperkaya dan mempertebal keinginan menjadi penulis muda.
Menulislah,!! bebaskan imajinasi mu yang sering terkubur dalam alam bawah sadar mu. Tulislah impian mu, jadikan tulisanmu itu sebagai pelecut semangat hidup mu, tengok kembali tulisan yang pernah kita buat ketika kita merasa putus asa dalam menggapai apa yang kita inginkan. Dan ingatlah, saat kita menulis impian–impian kita di atas kertas, saat dimana tak terbesit sedikit pun rasa ragu untuk menuliskannya. Seperti itulah seharusnya kita, berani meraih impian seberani kita menuliskannya di atas kertas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kaidah Penulisan Arab Melayu

Ringkasan novel Edensor

Biografi, Karya, dan Pemikiran Abdul Rauf Al-Singkili