Cahaya Tauhid itu Berasal dari Radio
Pak Joko adalah warga desa Morgo Mulyo dan juga kepala rumah tangga bagi istri serta kedua anak perempuanya. Sebagai warga desa Pak Joko sama dengan warga desa lainnya yang masih kental akan budaya kejawen.
Sebagai orang Islam Pak Joko bukan orang yang taat dalam menjalankan agama bahkan cenderung melakukan larangan agama apalagi Pak Joko adalah salah satu penggerak judi dan minum alkohol di Desanya. Bertolak belakang dengan Pak Joko, istri dan anak-anaknya adalah sosok yang taat dalam menjalankan agama.
Melalui radio MTA Pak Joko mendapatkan hidayah walaupun pada awalnya menolak dengan keras terhadap apa yang disiarkan oleh radio MTA, dalam upayanya kembali ke dalam menjalankan ajaran agama Islam dan meninggalkan larangan agama Islam juga menyanpaikan pada warga lain apa yang ia kaji. Pak Joko mendapatkan banyak rintangan dari warga lain yang merasa tidak setuju dengan apa yang disampaikan dan di lakukan Pak Joko.
Didasari apa yang di alami dan di lalui dalam kehidupanya Pak Joko menjadi pribadi yang kuat dalam beragama dan senantiasa berpegang teguh pada apa yang di yakini benar yaitu kembali ke Al-Qur’an dan As-Sunnah, namun tetap menghormati warga lain yang tidak sejalan dengan apa yang diyakini Pak Joko.
Cara hidup dan pola pikir Pak Joko yang baru adalah cerminan hubungan yang seharusnya terjalin antar warga dalam menjalankan kehidupan beragama, bila semua didasari rasa saling menghormati dan menghargi dalam menjalankan pemahaman agama masing masing. Juga tidak merasa paling benar dan menyalahkan paham lain, karena kebenaran hakiki hanyalah milik Allah semata.
Itu tadi adalah sebuah sinopsis singkat dari film perdana karya pemuda-pemudi Majlis Tafsir Al-Qur’an (MTA) Surakarta yang berjudul “Tauhid Dalam Hati” (TDH). Film ini akan tayang perdana pada jumat (28/02) di gedung teater besar Institut Seni Indonesia (ISI) Solo. Film ini menceritakan tentang kegelisahan seorang muslim yang ikut mengaji di MTA terhadap keadaan umat Islam sekitarnya yang masih kental dengan ritual-ritual yang bertentangan dengan ajaran Islam. Film ini juga mengangkat isu tentang keberagaman pendapat yang ternodai oleh oknum-oknum tak bertanggungjawab untuk memecah belah umat Islam.
“Kegelisahan (kami) akan keberagaman yang ternodai oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab,” Kata koordinator film TDH, Heri, dalam keterangan persnya kepada kontributorwww.pemuda.mta.or.id, Selasa (18/02).
Dengan hadirnya film ini, diharapkan dapat memperlurus keberadaan Majlis Tafsir Al-Qur’an (MTA) di tengah-tengah masyarakat bahwa organisasi ini bukan aliran sesat. Selain itu, juga untuk membeberkan fakta bahwa MTA bukan aliran sesat yang berangkat dari sebuah keluarga berlanjut ke lingkungan masyarakat luas.
“Hasil dari film ini biar dilihat (untuk) membeberkan fakta berangkat dari sebuah keluarga berlanjut ke lingkungan dan masyarakat luas.” Kata Heri
Pada pemutaran film perdana kali ini ditargetkan semua khalayak umum bisa berpartisipasi untuk menonton film tersebut. Dalam keterangan persnya Heri, menargetkan bahwa pada pemutaran perdana film ini 2.000 penonton untuk wilayah kota solo dan untuk luar kota solo akan diadakan road show ke berbagai kota di indonesia.
“Untuk lokal di kota solo kita adakan kuota 1500 – 2000 penonton, untuk luar daerah kita targetkan semua khalayak bias menonton, dengan adanya road show ke berbagai kota di indonesia.” Pungkas Heri. (Abdul Wahid)
* Saksikan Pemutaran Film Tauhid dalam Hati. Jum’at, 28 Februari 2014 di Teater Besar ISI Surakarta.
Jam Tayang : 13.00-14.30 WIB, 16.00-17.30 WIB, dan 20.00-21.30 WIB.
HTM 15rb.
Pemesanan Ticket | Ikhwan : Abdul Rosyid 089674009380 | Akhwat : Khumaira 085728617973
Komentar
Posting Komentar