Perang Media = Perang Pola Pikir


Kebebasan pers bukanlah sesuatu kebebasan yang absolute. Hal ini berangkat dari anggapan jika kebebasan disamakan dengan power. Sementara itu, kita tahu bahwa power tends to corrupt and absolute power corrupt absolutely, tidaklah terlalu salah jika kita mengatakan kebebasan absolut juga cenderung mengarah ke korupsi yang absolut. Di Indonesia, kebebasan pers memberikan jurnalis kekuatan yang sangat besar walaupun belum absolut. Perlu dipikirkan cara-cara agar kekuatan ini tidak disalahgunakan, apakah untuk kepentingan profesi jurnalis sendiri atau untuk kepentingan pemilik/kelompok yang mereka wakili.
Berkat kebebasan pers itulah, saat ini telah banyak bermunculan media- media Islam yang mengimbangi sejumlah pemberitaan media massa arus utama. Kebanyakan media massa Islam bermain di online dan radio. Ada juga beberapa media cetak Islam yang masih terbit. Kehadiran media Islam ini menjawab tantangan dari kebebasan pers yang digunakan media arus utama, yang dalam beberapa kasus, menzalimi Islam dan umat Islam.
Membangun media Islam tidak lepas dari upaya melahirkan jurnalis muslim yang tidak lepas dari peran Nabi Muhammad SAW. Peran tersebut adalah membawa kabar berita terkait fakta-fakta kehidupan yang dibingkai dalam aura kebenaran. Rasulullah Shallallohu 'alaihi wasallam dan para nabi sebelumnya senantiasa menjadi magnet publik sekaligus panutan utama warga dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Begitu pula dengan jurnalis muslim, dia harus bisa menjadi magnet dan panutan dalam kehidupan jurnalistik yang penuh dengan kedustaan dan fitnah.
Di Barat, khususnya di AS dan negara-negara Eropa, berbagai media massa dimanfaatkan untuk menghantam ajaran Islam. Hingga kini, beberapa film bioskop dan televisi yang menghina Islam telah ditayangkan secara terang-terangan. Sebagai contoh film Fitna. Film Fitna adalah salah satu film yang benar-benar menyimpangkan ajaran Islam dan Al-Qur’an. Lebih dari itu, berita-berita minor sedemikian rupa dikemas oleh media massa Barat untuk menggambarkan bahwa para penganut ajaran Islam itu seolah-olah orang yang radikal dan terbelakang. Hal itu dapat dilihat dari pemberitaan minor dan penyimpangan dari fakta yang terjadi di Palestina, Irak, dan Afghanistan.
Media-media Barat mulai dari koran, radio, hingga televisi, secara kompak mempropagandakan anti Islam melalui artikel, karikatur, dan film yang mendiskreditkan agama ini. Denmark adalah salah satu negara yang cukup dikenal memublikasikan karikatur penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW. Bahkan hal itu, tidak dilakukan sekali saja melainkan sudah beberapa kali.
Sebenarnya penganut agama Islam telah mendominasi segala lini kehidupan di dunia dan seharusnya media Islam juga ikut mendominasi. Akan tetapi, yang terjadi malah media Barat lebih mendominasi. Untuk itulah, persatuan dan kesatuan umat Islam sangatlah penting. Peran besar media asing dalam mempengaruhi berbagai sendi kehidupan umat Islam harus segera dihentikan. Jangan sampai terus menerus melakukan intervensi. Kewaspadaan itu penting dilakukan baik dari dalam Islam sendiri maupun luar Islam
Saat ini, media-media Islam mempunyai peran yang sangat penting dalam menghadapi propaganda anti Islam yang digambar-gemborkan oleh media massa barat. Meski media-media Islam hanya mempunyai fasilitas yang terbatas. Akan tetapi, bila media Islam bisa bersatu dalam mencerminkan wajah Islam yang sebenarnya. Maka perang media atau perang pemikiran ini pasti akan dimenangkan media massa yang dimiliki oleh umat Islam. Dengan koordinasi yang bagus dan kokoh antar media massa Islam, pasti ambisi media-media Barat dalam memojokkan Islam dapat di antisipasi dengan baik.
[Abdul Wahid]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kaidah Penulisan Arab Melayu

Ringkasan novel Edensor

Biografi, Karya, dan Pemikiran Abdul Rauf Al-Singkili